Bisnis.com, JAKARTA – Sepanjang 20 tahun Pemilihan Umum (Pemilu) Indonesia, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) maupun rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) selalu mencatatkan performa positif. Pemilu disebut berdampak positif pada gerak indeks komposit, membuat pelaku pasar optimistis hal tersebut akan kembali dirasakan pada 2024 mendatang.
Ketua Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) sekaligus Analis Ekuator Swarna Sekuritas David Sutyanto menjelaskan secara historis, kinerja IHSG cenderung positif selama gelaran pemilu beberapa tahun terakhir.
“Kalaupun pernah ada tekanan di awal masa proses kampanye, namun pada saat usai proses pemungutan suara indeks kembali menguat,” ujar David alam acara Economic and Capital Market Outlook 2024 oleh CSA Institute, beberapa waktu yang lalu.
Berdasarkan data, pada pemilu 2004 yang terjadi dalam dua putaran, IHSG terpantau melemah pada pelaksanaan Pemilu. Namun demikian, saat pengumuman hasil Pemilu, pelaksanaan putaran kedua serta penetapan presiden, IHSG tren positif.
Pemilu 2004, IHSG naik 17,70 persen, berdasarkan hitungan per akhir 2003 hingga hari pemilihan presiden putaran kedua pada tengah September 2004. Pelaksanaan Pemilu dengan 5 pasangan capres-cawapres pada April 2004 hingga April 2005 IHSG bergerak di rentang 725 hingga 1.150.
Selanjutnya pada pemilu 2009 dengan 3 pasangan calon presiden, IHSG kembali bergerak di tren positif. April 2009, mulai dari masa kampanye hingga penetapan presiden terpilih, IHSG bergerak dalam tren positif.
Baca Juga
Awal masa kampanye, IHSG berada di kisaran 1.300an dan berakhir di posisi 2.000 pada saat penetapan presiden dan wakil presiden terpilih. Pemilu 2009, IHSG berhasil melonjak tinggi 53,70 persen ke 2.083 dari Januari 2009 hingga 7 Juli 2009 atau sehari sebelum pemilihan presiden dan wakil presiden.
Selanjutnya pada pemilu 2014, IHSG menguat 17,6 persen. April 2014, IHSG berada di level sekitar 4.700an dan berakhir di level 5.000 sesaat sebelum masa pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih.
Penguatan IHSG yang lebih kecil adalah pada saat pemilu 2019, di mana IHSG bergerak menguat 4,60 persen. Masa kampanye menjelang pemilu 2019, IHSG berada di level 6.300an dan berhasil parkir di atas 6.500. namun IHSG sempat anjlok hingga di bawah 5.900 pada akhir Mei 2019. IHSG kembali menguat jelang penetapan pemenang pemilu.
Historis IHSG yang menguat pada saat pemilu juga disebut akan kembali terjadi di pemilu 2024. David menyebutkan jika pada saat Pemilu uang beredar di masyarakat menjadi lebih banyak. Biaya pemilu secara keseluruh tercatat sebesar Rp119 triliun.
Meski demikian, David menyampaikan bahwa faktor perekonomian dan kebijakan pemerintah yang diterapkan juga akan berpengaruh pada pergerakan indeks saham. Dengan anggaran sebesar Rp199 triliun pasti akan terjadi belanja barang dan jasa yang merata di seluruh negeri.
“Baik partai, caleg, capres, cagub, cabup, cawakot dll pasti akan belanjakan dananya untuk kampanye. Dan dari sini diharapkan perekonomian akan berputar,” ungkap David.
Adapun, pada perdagangan akhir tahun, Jumat, (29/12/2023). IHSG parkir di posisi 7.272,79 dengan terkoreksi 0,43% atau 31,09 poin dari penutupan perdagangan hari sebelumnya. Indeks komposit bergerak di rentang 7.259 hingga 7.313 pada perdagangan terakhir tahun 2023 tersebut.
Rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) Sepanjang Pemilu 2004-2019
Direktur Utama BEI Iman Rachman mengatakan, perkembangan RNTH pada tahun-tahun Pemilu sebelumnya menunjukkan tren peningkatan sejak Pemilu 2004 hingga 2019 silam. Alhasil, BEI menargetkan RNTH tembus Rp12,25 triliun pada 2024.
"Kami berharap di tahun politik ini akan ada peningkatan kinerja dari emiten yang tumbuh positif. Terutama di sektor-sektor konsumsi, komunikasi dan sektor perbankan juga tentu saja karena peningkatan konsumsi," ujar Iman dalam konferensi pers di Gedung BEI pada Jumat, (29/12/2023).
Mengacu data BEI, nilai RNTH naik 96,15% year-on-year (yoy) dari Rp520 miliar pada tahun 2003 ke level Rp1,02 triliun pada tahun Pemilu 2004. Peningkatan RNTH juga terjadi pada tahun 2018 sebesar Rp8,50 triliun naik 7,17% yoy menjadi Rp9,11 triliun pada Pemilu 2019.
"Adanya tren perkembangan RNTH atau average daily trading kita dari tahun 2003. Di mana sebelumnya hanya Rp0,52 triliun per hari meningkat signifikan selama 10 tahun terakhir," katanya.
Sebagai pengingat, pada tahun ini BEI telah merevisi target RNTH dari sebelumnya sebesar Rp14,75 triliun menjadi Rp10,75 triliun hingga akhir 2023. Data BEI per Kamis, (28/12/2023), rata-rata transaksi harian saham tercatat sebesar Rp10,75 triliun atau sudah mencapai target.
Meski demikian, nilai transaksi harian saham pada 2023 turun signifikan 26,92% yoy dibandingkan tahun 2022 sebesar Rp14,71 triliun. Namun, jika dibandingkan dengan tahun 2019 atau sebelum pandemi Covid-19 yang sebesar Rp9,11 triliun, maka RNTH tahun ini mengalami peningkatan.
"Kalau kita bicara dibandingkan 2021-2022 memang RNTH tahun ini ada penurunan. Kita bisa lihat dari tahun lalu Rp14,71 triliun, dan 2021 sebesar Rp13,37 triliun. Namun kalau kita lihat sebelum pandemi, apa yang dicapai tahun ini meningkat," jelas Iman.
Adapun, strategi pada 2024, BEI dengan dukungan seluruh stakeholders di pasar modal optimis dapat mencapai target yang lebih tinggi dibandingkan tahun 2023, seperti peningkatan likuiditas perdagangan sebesar Rp12,25 triliun, 230 pencatatan efek baru, dan penambahan 2 juta investor baru.
Selain itu pada tahun 2024 rencananya akan diluncurkan pula Single Stock Futures, dan Sistem Penyelenggara Pasar Alternatif (SPPA) Repo.
Proyeksi IHSG pada 2024
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi berada dalam tren positif pada tahun 2024. BNI Sekuritas mencermati terdapat beberapa saham pilihan yang dapat dicermati tahun depan.
SEVP Research BNI Sekuritas Erwan Teguh menuturkan memasuki tahun 2024, optimisme pasar akan kembali naik. BNI Sekuritas bahkan memperkirakan potensi penurunan IHSG pada angka 6.600, sementara potensi kenaikan bisa mencapai 8.400 pada tahun depan.
Menurutnya, terdapat beberapa strategi yang dapat dipertimbangkan untuk posisi investasi di tahun depan. Dia menjelaskan obligasi mungkin akan terus mendominasi saham, dengan proyeksi total return sekitar 9% berdasarkan imbal hasil 10 tahun yang stabil di 6,65%.
"Saham seperti BBCA, TLKM, dan JSMR mungkin menjadi pilihan yang baik sebagai proxy obligasi," kata Erwan, Kamis (21/12/2023).
Sementara itu, di sektor komoditas menurutnya meskipun terdapat risiko pada laba, valuasi dan arus kas yang kuat di sektor komoditas menawarkan keseimbangan risiko reward yang menguntungkan. BNI Sekuritas menjadikan saham ADRO dan UNTR sebagai pilihan utama di sektor ini.
Kemudian, dalam hal pemulihan konsumsi dan sektor keuangan, saham ASII masuk ke dalam pandangan positif jangka panjang terkait dengan prospek permintaan mobil dalam negeri.
"Dukungan fiskal yang lebih baik dan perbaikan prospek pekerjaan diharapkan mendukung pemulihan konsumsi domestik," tuturnya.
BNI Sekuritas menilai sektor keuangan dan konsumen seperti KLBF, LPPF, HMSP, dan BBRI akan memperoleh manfaat dari perbaikan ini.
_______
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.