Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Melemah ke Rp15.708 per Dolar AS Sekalipun PDB Naik

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah ke level Rp15.708 pada penutupan perdagangan awal pekan ini, Senin (5/2/2024).
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Selasa (5/9/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Selasa (5/9/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah ke level Rp15.708 pada penutupan perdagangan awal pekan ini, Senin (5/2/2024). Mayoritas mata uang Asia lainnya juga terpantau melemah terhadap greenback.

Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup melemah 0,31% atau turun 48 poin ke Rp15.708 per dolar AS. Hal tersebut terjadi di tengah menguatnya indeks dolar AS sebesar 0,07% ke 103,99.

Bersama dengan rupiah, beberapa mata uang Asia lainnya juga melemah seperti yen Jepang dengan pelemahan 0,13%. Kemudian ringgit Malaysia melemah 0,80%, yuan China turun 0,06%, dan won Korea Selatan melemah hingga 0,66%.

Selain itu, dolar Hong Kong melemah 0,01%, dolar Singapura melemah 0,15%, peso Filipina turun 0,64%, rupee India turun 0,14%, dan baht Thailand turun 0,79%.

Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong menturukan pelemahan rupiah terhadap dolar AS ini merupakan pelemahan lanjutan setelah rilisnya data tenaga kerja AS non-farm payroll yang lebih kuat dari perkiraan. 

"Namun, data PDB Indonesia yang sedikit lebih baik dari perkiraan menahan pelemahan rupiah yang lebih besar," kata Lukman, Senin (5/2/2024).

Dia melanjutkan, sepanjang tahun ini rupiah melemah akibat dolar AS yang rebound setelah serangkaian data ekonomi AS yang lebih kuat. Hal tersebut menurunkan prospek pemangkasan suku bunga oleh the Fed.

Adapun untuk pekan ini, Lukman melihat beberapa sentimen akan mempengaruhi pergerakan rupiah. Sentimen tersebut adalah pemilihan presiden 2024. 

"Setelah rilis data PDB Indonesia, investor juga menantikan data cadangan devisa Indonesia," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper