Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alasan Bursa Masukkan PTMP ke Indeks LQ45, Depak TPIA-SCMA

Bursa Efek Indonesia (BEI) memberikan penjelasan pertimbangan saham PT Mitra Pack Tbk. (PTMP) masuk ke dalam konstituen Indeks LQ45.
Pengunjung beraktivitas di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (24/1/2024). Bursa Efek Indonesia (BEI) memberikan penjelasan pertimbangan saham PT Mitra Pack Tbk. (PTMP) masuk ke dalam konstituen Indeks LQ45. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung beraktivitas di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (24/1/2024). Bursa Efek Indonesia (BEI) memberikan penjelasan pertimbangan saham PT Mitra Pack Tbk. (PTMP) masuk ke dalam konstituen Indeks LQ45. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) memberikan penjelasan pertimbangan saham PT Mitra Pack Tbk. (PTMP) dan saham-saham lainnya yang masuk ke dalam konstituen Indeks LQ45.

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan, penetapan konstituen suatu indeks digunakan parameter kuantitatif dan kualitatif termasuk value, volume, frekuensi, rasio fundamental dan parameter lainnya.

Dia memastikan, saham saham yang masuk dalam IDX30, LQ45, IDX80 dan indeks lainnya yang diumumkan oleh BEI sudah sesuai dengan prosedur yang ada.

Kendati demikian, dia mengatakan, BEI tidak bisa mengungkap secara rinci terkait parameter atau metodologi yang digunakan untuk menilai suatu emiten layak atau tidak untuk masuk ke dalam indeks tertentu, salah satunya LQ45.

"Metodologinya dari Bursa tidak akan bisa membuka secara penuh. Supaya tidak ada pihak-pihak yang bisa dengan upaya tertentu tahu rumusnya dan mengikuti agar bisa masuk indeks, itu yang tidak bisa," ujarnya kepada wartawan di Gedung BEI, Jumat, (26/1/2024).

Selain faktor likuiditas seperti nilai transaksi, frekuensi, hingga free float, BEI juga mempertimbangkan faktor fundamental seperti rasio keuangan, compliance (kepatuhan) dan lain sebagainya.

BEI telah melakukan evaluasi mayor terhadap konstituen indeks LQ45 periode 1 Februari hingga 31 Juli 2024. Ada 4 saham yang baru masuk ke indeks paling likuid di BEI. 

Mengacu pengumuman BEI Kamis (25/1/2024) keempat saham pendatang baru LQ45 yaitu PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA), PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL), PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) dan PT Mitra Pack Tbk. (PTMP).

Secara kapitalisasi pasar atau market cap, PTMP jauh lebih kecil dibanding ketiga emiten pendatang baru lainnya. Market cap PTMP sebesar Rp900,05 miliar, sedangkan MBMA sebesar Rp72,90 triliun, PGEO Rp54,64 triliun, dan MTEL Rp56,40 triliun.

Saham, PTMP memiliki rasio free float sebesar 22,99% dan memiliki bobot sangat kecil terhadap indeks LQ45 yaitu 0,01%. Secara valuasi, saham PTMP memiliki PER 119,35 kali, dengan PBVR 5,36 kali.

Atas dasar hal itu, muncul berbagai spekulasi di kalangan pelaku pasar terkait masuknya PTMP ke dalam indeks LQ45. Namun, BEI dengan tegas menepis berbagai rumor yang bereda di pasar tersebut.

"Jadi BEI tidak ada melakukan penyesuaian untuk bisa mengakomodir satu atau dua saham tertentu untuk bisa masuk, itu tidak ada. Jadi pengumuman kemarin itu tetap menggunakan parameter yang selama ini sudah dipakai," pungkas Jeffrey.

Usai resmi masuk LQ45, pada Jumat, (26/1/2024) saham PTMP melesat 24,56% ke level Rp284 per saham. Disusul saham PGEO naik 5,18% ke Rp1.320, saham MBMA naik 8% ke Rp675, dan saham MTEL naik 3,85% ke Rp675 per saham.

Sementara itu, saham PT Indika Energy Tbk. (INDY), PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA), PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) milik konglomerat Prajogo Pangestu terdepak dari Indeks LQ45.

"Konstituen yang keluar dari perhitungan Indeks LQ45 adalah INDY, SCMA, TBIG dan TPIA" jelas Bursa dalam pengumuman tertulis, dikutip Jumat (26/1/2024).

Rekomendasi Saham

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, saat ini pergerakan PTMP sedang berada di fase uptrendnya disertai dengan munculnya volume pembelian.

"Adanya rebalancing indeks LQ45 tersebut diperkirakan akan berdampak pada pergerakan harga sahamnya, dan tentu juga ada rebalancing juga pada portfolio institusi seperti aset manajemen," paparnya.

MNC Sekuritas tidak memberikan rekomendasi terhadap saham PTMP, sedangkan untuk saham MBMA direkomendasikan buy on weakness dengan target harga Rp720-Rp780 per saham.

"Rekomendasi buy on weakness untuk PGEO dengan target price Rp1.340-Rp1.400, dan speculative buy untuk saham MTEL dengan target Rp675-Rp705 per saham," pungkasnya.

Tercatat, saham MBMA milik konglomerat Garibaldi Boy Thohir memiliki rasio free float 28,46% dan memiliki bobot 1,13% terhadap indeks.

Selanjutnya, saham menara MTEL memiliki rasio free float 15,52% dan memiliki bobot 0,48% terhadap indeks. Lalu, saham PGEO memiliki rasio free float 10% dan memilki bobot 0,29% terhadap indeks.

Sementara itu, saham PT Indika Energy Tbk. (INDY), PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA), PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) milik konglomerat Prajogo Pangestu terdepak dari Indeks LQ45.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper