Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laju IHSG Terjegal Gonjang-ganjing Politik dan Isu Mundurnya Menteri

Penurunan suku bunga The Fed dan isu mundurnya Menteri Keuangan Sri Mulyani ditengarai jadi biang kerok pelemahan IHSG belakangan ini.
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (26/7/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (26/7/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini dinilai banyak ditekan oleh sentimen global dan domestik. Selain sentimen suku bunga The Fed, Pemilu dan isu mundurnya Menteri Keuangan Sri Mulyani menjadi perhatian pasar saat ini.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, IHSG pada perdagangan Rabu (24/1/2024) ditutup turun 0,39% atau 28 poin ke level 7.227. Sepanjang perdagangan indeks komposit bergerak di rentang 7.271 hingga 7.170 setelah sebelumnya dibuka di level 7.256.

Sebanyak 17,98 miliar saham beredar dengan nilai transaksi mencapai Rp14,92 triliun. Adapun transaksi terjadi sebanyak 1,18 juta kali. Indeks ditopang oleh 174 saham yang menguat, 361 saham turun dan 230 saham stagnan. Sementara itu kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp11.519,96 triliun.

Secara year to date, IHSG melemah sebesar 0,62%. Asing mencatatkan beli bersih sebesar Rp5,40 triliun dengan rincian pasar reguler tercatat sebesar Rp3,58 triliun dan pasar tunai dan negosiasi sebesar Rp1,83 triliun.

Equity Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas Steven Gunawan mengatakan salah satu sentimen yang menekan pergerakan IHSG saat ini justru datang dari sosok menteri keuangan yang akan dipilih oleh paslon yang menang.

“Karena pelaku pasar tuh malah disuruh milih dari sosok Menteri Keuangannya. Kenapa? Karena Menteri Keuangan sosok penting untuk menjaga harmonisasi kebijakan fiskal sama moneter,” kata Steven saat ditemui di Gedung Bursa Efek, Rabu (24/1/2024).

Steven mengatakan belasan lembaga survei justru mengatakan pasangan calon nomor urut 2 Prabowo-Gibran dapat memenangkan suara di putaran kedua, namun tidak ada yang mengatakan akan tetap memilih Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.

Selain itu gerak IHSG juga dipengaruhi oleh Isu mundurnya sejumlah menteri kabinet Indonesia maju. Isu pertama kali disebut oleh ekonom Senior Indef Faisal Basri. Faisal mengatakan bahwa kurang lebih terdapat 15 menteri dalam Kabinet Indonesia Maju (KIM) yang tengah berencana untuk hengkang meninggalkan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Meski belakangan isu itu telah dibantah oleh pihak Istana.

Menteri tersebut adalah Sri Mulyani, Menteri ESDM Arifin Tasri, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD hingga Menteri PUPR Basuki Hadimuljono juga termasuk di dalamnya. 

Steven menambahkan, sentimen yang akan menekan IHSG tidak hanya datang dari domestik, keputusan suku bunga The Fed juga akan menekan IHSG bakan dengan support terendah di level 6.900 hingga 7.070.

Steven menjelaskan sentimen suku bunga lebih besar dibandingkan dengan domestik. Hal tersebut karena data tenaga kerja terakhir sama data inflasi terakhir di amerika masih kuat. Kondisi ini juga membuat pelaku pasar domestik maupun asing masih wait and see.

“Selain pemilu, hari Kamis Jumat ini ada 3 data ekonomi penting di Amerika yang keluar. Satu, pertumbuhan ekonomi Amerika kuartal IV/2023. Kedua, data pesanan pabrik baru, istilahnya durable goods order. Itu indikator leading buat ngeliat kekuatan ekonomi Amerika. Ketiga, hari Jumatnya itu indeks belanja pribadi. Itu tolak ukur dari inflasi,” jelas Steven.

Steven menambahkan pasar telah memprediksi suku bunga AS tetap di 5,5. Saham yang dapat menopang IHSG adalah saham-saham Grup Barito karena banyak dipegang oleh investor retail.

Sementara itu, Head of Research CGS-CIMB Sekuritas Indonesia Hadi Soegiarto mengatakan kondisi politik saat ini memang tengah ramai dan seru di kalangan masyarakat. Akan tetapi, menurutnya pelaku pasar belum terlalu bisa membaca hal-hal yang dapat menggerakkan IHSG dari para pasangan calon presiden dan wakil presiden hingga saat ini

"Belum ada suatu hal yang bisa menggerakkan IHSG-nya," kata Hadi di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (24/1/2024).

Dia melanjutkan hingga saat ini lihat belum ada hal-hal radikal yang diutarakan oleh tiga kandidat paslon tersebut. Selain itu, ketiga kandidat calon presiden dan wakil presiden juga berbicara dengan sangat hati-hati.

Hadi juga melihat klaim dari Boy Thohir yang mengatakan beberapa grup konglomerat besar seperti Adaro, Sampoerna, hingga Djarum mendukung pasangan calon nomor urut dua hanya berpengaruh ke beberapa saham tertentu saja.

"Ini enggak bisa menarik indeksnya. Ini efeknya ke satu-satu saham gitu ya," ucapnya.

Adapun mengenai arus jual (net sell) investor asing yang tercatat sebesar Rp2,4 Triliun dalam sepekan terakhir, Hadi berpendapat itu bukan akibat pengaruh Pemilu. Dia menuturkan pada Oktober-Januari asing sempat rally di pasar modal Indonesia.

"Itu sebenarnya karena di global orang-orang sudah siap The Fed mau menurunkan suku bunga. Tetapi ternyata ekspektasinya bablas," ucap Hadi.

Dia menuturkan, pelaku pasar berpikir The Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada Mei. Tetapi, dengan berbagai perkembangan yang ada, ekspektasi tersebut tampak terlalu cepat.

Hadi memperkirakan penurunan suku bunga The Fed akan kembali ke perkiraan awal, yakni akan terjadi di kuartal III/2024. Mundurnya perkiraan penurunan suku bunga The Fed ini yang kemudian menyebabkan IHSG melemah.

"Forecast kami The Fed akan turunkan suku bunga di Mei-Juni," ujarnya.

Hingga saat ini, CGS-CIMB Sekuritas melihat belum ada katalis dari dalam negeri yang akan mempengaruhi pergerakan IHSG. IHSG masih akan dipengaruhi oleh sentimen suku bunga The Fed.

CGS-CIMB memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan menurunkan suku bunganya hingga 100 bps ke 5% pada perkiraan tahun penuh 2024, mengikuti penurunan suku bunga The Fed di semester II/2024.

Senada, Investment Consultant Reliance Sekuritas Reza Priyambada menuturkan sentimen politik hanya merupakan sentimen sesaat. Menurut Reza, siapapun yang terpilih belum sepenuhnya teruji dalam mengawal perekonomian Indonesia ke depan.

"Kita hanya bisa melihat dari historis kinerja mereka. Namun, untuk ke depan tidak ada yang tau pasti, jadi ini sentimen sesaat saja," ujar Reza, dihubungi Rabu (24/1/2024).

Adapun Reza melihat IHSG yang bergerak cenderung sideways belakangan ini terjadi karena masih kurangnya sentimen positif yang dapat mengangkat IHSG bergerak lebih tinggi lagi.

Menurutnya, pelemahan hari ini terjadi seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah, walaupun di sisi lain terdapat pemberitaan mengenai kenaikan foreign direct investment.

______

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper