Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Loyo ke Rp15.555, Was-was Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp15.555 pada penutupan perdagangan hari ini, Senin (15/1/2024) saat pasar berekspektasi The Fed.
Karyawati menunjukkan mata uang Dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (30/8/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawati menunjukkan mata uang Dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (30/8/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp15.555 pada penutupan perdagangan hari ini, Senin (15/1/2024) saat pasar berekspektasi The Fed akan menurunkan suku bunga lebih cepat. 

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 0,03% atau 5 poin ke posisi Rp15.555 per dolar AS. Sementara itu indeks dolar naik 0,02% ke level 102,180. 

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya terpantau bergerak bervariasi. Yen Jepang melemah 0,33%, dolar Hong Kong melemah 0,01%, dolar Singapura tergerus 0,07%, dolar Taiwan melemah 0,38%, won Korea anjlok hingga 0,49%, yuan China tergerus 0,06% dan ringgit Malaysia turun 0,34%. 

Sementara itu mata uang yang menguat terhadap dolar adalah peso Filipina sebesar 0,27%, rupee India naik 0,07% dan bath Thailand naik 0,22%. 

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pasar tampaknya mempertahankan ekspektasi mereka terhadap penurunan suku bunga lebih awal oleh Federal Reserve. Alat CME Fedwatch menunjukkan para pedagang memperkirakan peluang sebesar 70% untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Maret, naik dari peluang 64% yang terlihat pada minggu lalu. 

Ekspektasi itu diperkuat oleh data pada hari Jumat, yang menunjukkan inflasi indeks harga produsen turun lebih dari perkiraan pada bulan Desember. Namun laporan tersebut didahului oleh data yang menunjukkan kenaikan inflasi CPI yang lebih besar dari perkiraan pada bulan tersebut. 

“Fokus kini tertuju pada pidato sejumlah pejabat The Fed pada minggu ini, yang diperkirakan akan memberikan lebih banyak petunjuk mengenai rencana bank tersebut untuk menurunkan suku bunga tahun ini. Data penjualan ritel AS juga akan dirilis akhir pekan ini, dan diperkirakan akan menjadi faktor dalam prospek inflasi negara tersebut,” kata Ibrahim dalam riset harian, Senin (15/1/2024). 

Selain itu, Bank Rakyat Tiongkok secara tak terduga mempertahankan suku bunga pinjaman jangka menengah tidak berubah. Langkah ini menunjukkan tidak adanya perubahan pada suku bunga acuan pinjaman PBOC pada Januari. 

Sementara itu, Ibrahim menjelaskan neraca perdagangan Indonesia diperkirakan masih akan mencatat surplus di akhir tahun 2023. Namun, akan sedikit menyusut bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sedangkan surplus neraca perdagangan pada Desember 2023 diprediksi sebesar US$1,83 miliar.

Artinya, surplus neraca perdagangan di Desember 2023 diramal lebih rendah dari surplus pada November 2023 yang senilai US$2,41 miliar. Menandakan penurunan keempat secara berturut-turut.

Pada perdagangan besok, Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah akan fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.530- Rp15.590 per dolar AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper