Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini memiliki risiko dapat meloroot ke posisi Rp15.600 pada perdagangan Kamis, (11/1/2024).
melemah ke level Rp15.569 pada perdagangan hari ini, Rabu, (10/1/2024). Bersama dengan rupiah, mata uang kawasan Asia lainnya juga kompak lesu terhadap dolar AS.
Mengacu data Bloomberg, pukul 15.00 WIB rupiah mencatatkan pelemahan 0,32% atau 49,5 poin ke level Rp15.569 per dolar AS. Sedangkan indeks mata uang Negeri Paman Sam turun 0,04% ke posisi 102,52.
Mayoritas mata uang Asia terpantau lesu terhadap dolar AS sore ini. Misalnya, yen Jepang turun 0,33%, dolar Hongkong turun 0,04%, dolar Singapura melemah 0,11%, dolar Taiwan melemah 0,26%, yuan China turun 0,06%, ringgit Malaysia turun 0,12%, dan peso Filipina ambles 0,44%.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, fokus utama pasar tetap pada data inflasi atau CPI AS yang dirilis pada Kamis, (11/1/2024) diperkirakan menunjukkan inflasi sedikit meningkat pada Desember 2023.
"Inflasi yang stagnan, ditambah dengan tanda-tanda ketahanan pasar tenaga kerja baru-baru ini, memberikan ruang bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama," ujar Ibrahim dalam riset, Rabu (10/1/2024).
Menurutnya, para pelaku pasar terus mengurangi pertaruhan bahwa The Fed akan mulai memangkas suku bunga secepatnya pada Maret 2024. Alat CME Fedwatch menunjukkan pertaruhan terhadap penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Maret dengan peluang 63,6%, turun dari peluang 69,6% yang terlihat dalam seminggu yang lalu.
Sedangkan di Asia, data pada Selasa (9/1/2024) menunjukkan inflasi inti di ibukota Jepang melambat untuk bulan kedua berturut-turut pada Desember 2023, mengurangi tekanan pada Bank of Japan untuk segera keluar dari kebijakan moneter ultra-longgarnya.
Dia mengatakan, pasar merespons negatif dari rilis Bank Dunia, dalam Global Economic Prospects January 2024 memperkirakan ekonomi global akan melambat ke 2,4% pada tahun ini dibandingkan 2,6% pada 2023.
Sementara untuk Indonesia, Bank Dunia mempertahankan proyeksi pertumbuhan untuk tahun ini di angka 4,9%. Namun, Bank Dunia memangkas proyeksi 2025 menjadi 4,9%, dari 5,0% pada proyeksi Juni lalu. Proyeksi Bank Dunia tidak sejalan dari proyeksi pemerintah RI sebesar 5,2%.
Menurut Ibrahim, salah satu dampak sulitnya pertumbuhan ekonomi 2024 di 5,2% adalah Indonesia tidak akan lagi mendapat berkah dari lonjakan harga komoditas untuk tahun 2024 dan tahun depan sehingga akan berpengaruh terhadap ekspor impor serta melandainya ekonomi China salah satu mitra bisnis terbesarnya.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.550- Rp15.600," pungkas Ibrahim.