Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Melemah, Sentuh Level Rp16.239 per Dolar AS

Mata uang rupiah kembali ditutup melemah pada perdagangan Senin (7/7/2025) ke level Rp16.239 per dolar AS.
Karyawan memperlihatkan uang Rupiah dan Dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (3/3/2025). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan memperlihatkan uang Rupiah dan Dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (3/3/2025). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang rupiah kembali ditutup melemah pada perdagangan Senin (7/7/2025) ke level Rp16.239 per dolar AS. Selain rupiah, mayoritas mata uang Asia lainnya juga melemah di hadapan dolar AS.

Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 54,5 poin atau 0,34% ke Rp16.239 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat 0,08% ke 97,25.

Mayoritas mata uang Asia lainnya juga ditutup melemah sore ini, dengan yen Jepang turun 0,55%, dolar Hong Kong melemah 0,01%, dolar Singapura turun 0,30%, dolar Taiwan melemah 0,43%, dan won Korea melemah 0,60%.

Lalu peso Filipina melemah 0,47%, rupee India turun 0,66%, yuan China melemah 0,11%, ringgit Malaysia melemah 0,37%, dan baht Thailand turun 0,85%.

Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi menjelaskan sentimen datang dari Presiden AS Donald Trump yang mengatakan mereka akan mulai mengirim surat ke negara-negara pada hari Jumat, menjelang batas waktu 9 Juli. Ia mengumumkan bahwa beberapa tarif yang dikenakan akan berada dalam kisaran 10% hingga 70% dan akan berlaku pada tanggal 1 Agustus.

Trump juga menambahkan negara-negara yang berpihak pada blok BRICS akan menghadapi tarif tambahan 10% atas praktik mereka yang diduga anti-Amerika.

Sebelumnya pada akhir pekan, Trump mengatakan AS hampir mencapai beberapa perjanjian perdagangan, dengan tarif baru yang akan mulai berlaku pada tanggal 1 Agustus. Pada bulan April, Trump memberlakukan tarif dasar sebesar 10% pada sebagian besar negara, dengan bea tambahan mencapai hingga 50%. 

Namun, pada hari Jumat, ia mengatakan bahwa tarif tersebut bisa mencapai 70%. Perpanjangan tiga minggu ini memberi negara lain lebih banyak waktu untuk mencapai kesepakatan dengan AS, tetapi kurangnya rincian membuat investor merasa khawatir.

Di sisi lain, penurunan tajam dalam ekspektasi Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada dua pertemuan berikutnya mendorong naik dolar AS. Hal ini terutama didorong oleh pembacaan payroll yang kuat pada hari Kamis, yang menunjukkan pasar tenaga kerja AS tetap tangguh meskipun ada hambatan ekonomi lainnya. 

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) mencatat posisi Cadangan Devisa Indonesia pada akhir Juni 2025 mencapai US$152,6 miliar, meningkat dibandingkan posisi pada akhir Mei 2025 sebesar US$152,5 miliar.

Kenaikan posisi cadangan devisa tersebut antara lain bersumber dari penerimaan pajak dan jasa serta penerbitan global bond pemerintah, di tengah kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sebagai respons Bank Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi.

Posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2025 setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Adapun Ibrahim memperkirakan rupiah akan ditutup melemah di rentang Rp16.230—Rp16.280 per dolar AS untuk perdagangan besok, Selasa (7/7/2025).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper