Bisnis.com, JAKARTA—Kinerja industri reksa dana moncer yang tecermin dengan dana kelolaan yang mengembang Rp11,01 triliun sepanjang 2025 kendati penambahan unit penyertaan lebih sempit.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga Juni 2025 yang diolah Bisnis, Minggu (6/7/2025), dana kelolaan industri reksa dana mencapai Rp513,93 triliun. Realisasi tersebut naik Rp11,01 triliun sepanjang 2025 atau setara dengan 2,19% dari Rp502,92 triliun pada Desember 2024.
Sementara itu, dari sisi unit penyertaan, industri reksa dana mencatatkan 396,34 miliar atau terdapat 3,71 miliar unit penyertaan baru sepanjang tahun hingga akhir Juni 2025 (year-to-date/YtD) atau setara dengan 0,94%. Adapun, pada Desember 2024, realisasi unit penyertaan mencapai 392,63 miliar.
Di sisi lain, secara tahunan, pertumbuhan dana kelolaan dan unit penyertaan industri reksa dana lebih tebal. Dana kelolaan industri reksa dana tumbuh Rp23,93 triliun atau 4,88% secara tahunan dari realisasi pada Juni 2024 sebesar Rp490 triliun. Untuk unit penyertaan, realisasi pada Juni 2024 mencapai 379,04 miliar sehingga tumbuh 4,56% secara tahunan atau 17,3 miliar unit penyertaan.
Kinerja dana kelolaan reksa dana tersebut, dipengaruhi oleh imbal hasil selama periode yang sama. Mengacu pada data Infovesta Utama hingga akhir Juni 2025 yang diterima Bisnis, kinerja indeks reksa dana pendapatan tetap memimpin dengan 3,71% YtD dan 0,78% secara bulanan (month-on-month/MoM).
Kemudian, kinerja indeks reksa dana pasar uang tumbuh 2,46% YtD dan 0,43% MoM. Lalu, kinerja indeks reksa dana campuran sebesar 0,53% YtD dan -1,18% MoM. Terakhir, indeks reksa dana saham sebesar -2,95% YtD dan -2,62% MoM.
Baca Juga
Kinerja reksa dana saham yang seret turut terpengaruh oleh indeks harga saham gabungan (IHSG) yang tertekan pada periode yang sama. IHSG tercatat -2,15% sepanjang tahun 2025.
Chief Investment Officer PT Inovasi Finansial Teknologi (Makmur) Stefanus Dennis Winarto mengatakan bahwa gejolak di pasar modal mendorong investor untuk menerapkan strategi diversifikasi. Dia mengatakan bahwa instrumen investasi yang bisa dipertimbangkan saat pasar saham sedang lesu yakni reksa dana, khususnya reksa dana pendapatan tetap.
“Reksa dana pendapatan tetap sebagian besar berinvestasi pada obligasi, yang cenderung lebih stabil daripada saham,” katanya saat ditemui di Jakarta, Rabu (19/3/2025).
Menurutnya, ada beberapa reksa dana pendapatan tetap yang memberikan pendapatan secara rutin kepada investor dalam bentuk dividen, sehingga instrumen ini dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan pasif. Selain itu, dia mengatakan bahwa sebagai pilihan investasi yang cenderung stabil, reksa dana pendapatan tetap masih menjadi primadona investor di Tanah Air yang tecermin dari nilai dana kelolaan.