Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Menguat ke Rp15.520 Jelang Rilis Data Inflasi Amerika

Nilai tukar rupiah mengakhiri perdagangan hari ini dengan penguatan 0,04% atau 5,5 poin ke level Rp15.520 per dolar AS.
Potret wajah Mantan Presiden Sukarno dalam uang lembar Rp100.000 yang berjejer. - Bloomberg/Brent Lewin
Potret wajah Mantan Presiden Sukarno dalam uang lembar Rp100.000 yang berjejer. - Bloomberg/Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat ke level Rp15.520 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Selasa, (9/1/2024). Adapun, mata uang Asia terpantau bervariasi, sedangkan indeks dolar AS melemah sore ini. 

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan hari ini dengan penguatan 0,04% atau 5,5 poin ke level Rp15.520 per dolar AS. Sedangkan indeks dolar AS bergerak menguat 0,11% ke posisi 102,32. 

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya terpantau bervariasi. Mata uang yang melemah terhadap dolar AS, misalnya yen Jepang turun 0,01%, dolar Hongkong melemah 0,09%, dolar Singapura melemah 0,17%, dolar Taiwan melemah 0,20%, yuan China turun 0,11%, dan peso Filipina ambles 0,59%. 

Sementara itu, mata uang Asia yang masih kebal terhadap dolar AS yakni rupee India menguat 0,04% dan ringgit Malaysia yang menguat 0,11%.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan spekulasi pelaku pasar sangat bias terhadap dolar AS menjelang data inflasi AS atau indeks harga konsumen utama yang dirilis pada Kamis, (11/1/2024) waktu setempat.

"Angka tersebut diperkirakan menunjukkan sedikit peningkatan inflasi pada bulan Desember, ditambah dengan kuatnya data nonfarm payrolls, memberikan The Fed lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama," ujar Ibrahim dalam riset Selasa, (9/1/2024).

Ibrahim mengatakan pejabat The Fed juga menolak ekspektasi penurunan suku bunga lebih awal. Presiden Fed Atlanta Ralph Bostic mengatakan bahwa dengan inflasi yang masih jauh di atas target tahunan The Fed sebesar 2%, dia tetap bias terhadap kebijakan yang tetap ketat dalam jangka pendek. 

Meskipun Bostic masih memperkirakan suku bunga akan turun pada 2024, dia hanya memperkirakan penurunan sebesar 50 basis poin atau jauh lebih kecil dari ekspektasi pasar.

Indiaktor CME Fedwatch menunjukkan para pelaku pasar memperkirakan peluang 59,4% untuk pemotongan suku bunga di bulan Maret 2024, turun dari 64% yang terlihat pada hari Senin (8/1/2024).

Selain data AS, fokus pekan ini juga tertuju pada angka inflasi dan perdagangan China untuk Desember 2023, yang akan dirilis pada Jumat (12/1). Negara importir komoditas terbesar di dunia ini diperkirakan masih mengalami disinflasi pada Desember, sementara aktivitas perdagangan, terutama ekspor diperkirakan juga menurun.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia di 2023 mencapai US$146,4 miliar, atau melonjak US$8,3 miliar dibandingkan dengan posisi pada akhir November 2023 sebesar US$138,1 miliar.

Peningkatan cadangan devisa tersebut sejalan dengan sentimen pasar terkait prospek penurunan suku bunga dari bank sentral global terutama The Fed yang berdampak terhadap penguatan rupiah sebesar 0,73% secara bulanan (month-to-month/mtm) atau 1,10% secara year to date (ytd) menjadi Rp15.396 per dolar AS.

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup menguat di rentang  Rp15.490- Rp15.550," pungkas Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper