Bisnis.com, JAKARTA - Laju pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada awal tahun 2024 diprediksi menguat seiring ekspektasi penurunan suku bunga The Fed dan juga sentimen Pemilu 2024.
Mengacu data Bloomberg per Jumat, (22/12/2023), rupiah ditutup menguat 41 poin atau 0,26% menuju level Rp15.484 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS melemah sebesar 0,10% ke posisi 101,74.
Pengamat Pasar Keuangan Ariston Tjendra mengatakan, berdasarkan pertemuan The Fed terakhir, pasar mengantisipasi pemangkasan suku bunga acuan dapat terjadi sebanyak dua hingga tiga kali pada 2024.
"Potensi penguatan rupiah terhadap dolar AS terbuka di awal tahun karena sinyal pemangkasan suku bunga The Fed. Potensi ke Rp15.300-Rp15.200," ujar Ariston kepada Bisnis, dikutip Minggu, (24/12/2023).
Adapun, The Fed masih menahan suku bunga acuan di kisaran 5,25%-5,5%. Sedangkan Bank Indonesia (BI) juga masih menahan BI rate di level 6% jelang tutup tahun 2023.
Kendati demikian, menurutnya keputusan pemangkasan suku bunga The Fed masih bergantung dengan perkembangan inflasi AS yang menjadi target kebijakan suku bunga Fed Fund Rate. Jika The Fed memandang inflasi sulit turun ke target 2%, maka Bank Sentral AS itu bisa menahan suku bunga acuan di level tinggi lebih lama.
Baca Juga
"Kalau dari ekspektasi pasar, banyak yang memprediksi penurunan suku bunga Fed terjadi di Mei 2024, namun tetap bergantung kepada data inflasi AS," katanya.
Lebih lanjut dia mengatakan, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga bergantung pada isu ketegangan geopolitik yang masih berlangsung dan isu pelambatan ekonomi global. Pasar memperhatikan perkembangan ekonomi besar seperti di AS, Eropa dan China.
"Bila kedua isu ini menghangat kembali, pasar bisa beralih ke aset aman di dolar AS dan melemahkan rupiah," papar Ariston.
Sementara itu dari sentimen dalam negeri, menurutnya Pemilu yang damai dan aman bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah. Tak hanya itu, jumlah uang beredar jelang Pemilu 2024 mengalami tren kenaikan.
Diberitakan sebelumnya, Bank Indonesia (BI) menyampaikan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) melanjutkan tren positif pada November 2023 atau tiga bulan menjelang Pemilu 2024.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono melaporkan posisi M2 tembus di angka Rp8.573,6 triliun atau tumbuh 3,3% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Erwin menilai pertumbuhan tersebut relatif stabil dari bulan sebelumnya yang tumbuh 3,4% (yoy) ke angka Rp8.505,4 triliun. Artinya, dalam kurun waktu satu bulan, peredaran M2 naik senilai Rp68,2 triliun.
“Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit [M1] sebesar 2,0% yoy dan uang kuasi sebesar 4,9% yoy,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (22/12/2023).