Bisnis.com, JAKARTA – Meski terdapat sentimen positif yang berasal dari insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP), PT Metropolitan Land Tbk. (MTLA) atau Metland melihat ada dua isu sensitif yang akan membayangi kinerja sektor properti pada 2024.
Direktur Metropolitan Land Olivia Surodjo mengatakan bahwa 2024 menjadi warsa menantang karena Indonesia akan menghadapi tahun politik. Gelaran pesta demokrasi tersebut dinilai memungkinkan masyarakat untuk menahan pembelian.
Menurutnya, Metland melihat isu sensitif pada tahun 2024 adalah berkaitan dengan isu politik dan kondisi ekonomi global yang bisa berpengaruh terhadap kondisi ekonomi dalam negeri.
“Namun, MTLA tidak melihat itu dalam kacamata pesimis tapi lebih ke antisipasi dan kehati-hatian dalam menghadapinya. Untuk beberapa faktor usaha tahun politik justru menjadi momen yang baik seperti bisnis MICE di hotel,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (21/12/2023).
Oleh karena itu, dia pun berharap stimulus insentif PPN DTP diharapkan bisa mendorong keputusan masyarakat untuk membeli unit properti. Dengan kehadiran insentif tersebut, MTLA menargetkan pertumbuhan kinerja pada tahun depan.
“Target marketing sales MTLA tahun 2024 masih dalam diskusi internal perusahaan. Namun, biasanya akan ada kenaikan karena MTLA menargetkan adanya pertumbuhan di setiap tahunnya,” tuturnya.
Baca Juga
Pemerintah telah menetapkan insentif PPN DTP atas penyerahan rumah tapak dan susun dengan harga terbesar Rp5 miliar. Kebijakan yang berlaku sejak November 2023 hingga Desember 2024 ini diperkirakan mendorong kinerja marketing sales dari emiten properti.
Adapun ketentuan tersebut telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 120 Tahun 2023 yang mulai berlaku sejak tanggal 21 November 2023.
Di sisi lain, Metland meraih pendapatan bersih sebesar Rp1,28 triliun hingga kuartal III/2023. Perolehan ini melonjak 29,07% secara tahunan atau year-on-year (YoY).
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pendapatan MTLA ditopang oleh segmen penjualan tanah yang tumbuh 34,31% YoY menjadi Rp811,41 miliar. Adapun pendapatan hotel naik 21,6% YoY menjadi Rp100,83 miliar, dan penjualan kavling tanah meraup Rp57,97 miliar.
Presiden Direktur Metland Anhar Sudradjat memerinci bahwa pendapatan dari penjualan mencapai Rp910 miliar atau berkontribusi 71% dari total pendapatan. Adapun pendapatan berulang sebesar Rp374 miliar, menyumbang 29% dari keseluruhan pendapatan.
“Kemudian marketing sales sampai dengan Oktober 2023 mencapai sekitar Rp1,3 triliun atau 73% dari target tahun ini,” ujarnya dalam paparan publik, beberapa waktu lalu.
Di sisi lain, Metland mencatatkan beban langsung dan pokok pendapatan sebesar Rp642,05 miliar atau naik 28,96% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dengan demikian, laba kotor MTLA sepanjang Januari-September 2023 mencapai Rp642,08 miliar. Jumlah ini mencerminkan pertumbuhan sebesar 29,19% secara tahunan.
Setelah diakumulasikan dengan pendapatan dan beban lainnya, MTLA meraup laba bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp300,69 miliar atau naik 11,91% YoY. Laba per saham juga naik dari Rp35,1 menjadi Rp39,28 per lembar.