Bisnis.com, JAKARTA - Masuknya kembali proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) ke Proyek Strategis Nasional (PSN) menjadi sentimen positif jangka panjang saham ANTM.
Berdasarkan data RTI Business, Jumat (22/12/202) pukul 14.00 WIB, saham ANTM terpantau naik 0,31% ke posisi Rp1.640 per saham. Sepanjang perdagangan saham ANTM bergerak di rentang Rp1.640 hingga Rp1.655 per saham setelah dibuka di level Rp1.640 per saham.
Sebanyak 5,62 juta saham beredar dengan nilai transaksi sebesar Rp9,25 miliar. Secara akumulasi, saham ANTM masih turun 17,13% secara year to date. Kapitalisasi pasar ANTM sebesar Rp39,53 triliun.
Saham ANTM secara jangka panjang akan memiliki sentimen positif dari kembali masuknya proyek smelter Mempawah menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN).
Analis Mirae Asset Sekuritas Rizkia Darmawan mengatakan untuk jangka panjang, pembangunan proyek smelter akan memberikan sentimen positif untuk saham ANTM. Meski demikian yang terpenting dari proyek ini adalah target penyelesaiannya.
“Yang paling penting dari proyek smelter ini adalah kapan terselesaikan proyeknya yang ekspektasinya pada saat nanti beroperasi secara maksimal, karena overall, pastinya akan berkontribusi terhadap penambahan revenue ANTM secara cukup signifikan,” jelas Rizkia kepada Bisnis, Jumat (22/12/2023).
Baca Juga
Kontribusi signifikan juga akan terasa di bottom line, kata Rizkia, hal tersebut disebabkan oleh produksi smelter yang akan memiliki sifat berbeda dari bisnis emas Antam.
Meskipun diprediksi dapat menjadi pemantik penguatan saham ANTM, Rizkia tetap mewanti-wanti sentimen normalisasi harga nikel. Normalisasi harga nikel disebut akan berdampak negatif untuk kinerja keuangan ANTM.
Saat ini, Rizkia merekomendasikan buy untuk saham ANTM dengan target harga sampai dengan 2024 sebesar Rp2.150 per saham.
“Dan saya rasa dengan valuasi sekarang yang cenderung di bawah, masih menarik untuk diperhatikan,” kata Rizkia.
Pada pemberitaan Bisnis sebelumnya, Inalum menegaskan megaproyek mereka bersama dengan Antam, Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah, Kalimantan Barat kembali dimasukan ke dalam proyek strategis nasional (PSN).
Proyek yang terbagi ke dalam fase I dan II itu menelan nilai investasi sekitar US$1,7 miliar. Rencananya, masing-masing proyek bakal meningkatkan kapasitas produksi alumina perseroan ke level 1 juta ton setiap tahunnya, dengan estimasi bahan baku bauksit sebanyak 3,3 juta ton per tahun.
Adapun, pada fase II kapasitas produksi diperkirakan masih bisa naik ke level 2 juta ton alumina setiap tahunya, dengan kebutuhan bahan baku bauksit sekitar 6,6 juta ton.
“Alhamdulillah sudah masuk kembali sebagai PSN,” kata Direktur Utama Inalum Danny Praditya saat dikonfirmasi, Rabu (20/12/2023).
Sebagaimana telah diinformasikan sebelumnya, Inalum memiliki target untuk menyelesaikan proyek SGAR Mempawah fase I di Kalimantan Barat pada paruh kedua tahun 2024, setelah mengalami beberapa tahun keterlambatan akibat perselisihan antara kontraktor.
Direktur Utama Inalum Danny Praditya menyatakan bahwa perusahaan berambisi untuk melakukan pengiriman alumina pertama dari smelter tersebut pada semester II/2024. Selanjutnya, operasional komersial penuh diharapkan dapat tercapai pada tahun 2025.
Danny menjelaskan, alumina yang dihasilkan akan menjadi bahan baku untuk smelter aluminium Inalum di Kuala Tanjung, dengan kapasitas produksi sebesar 1 juta kilo ton per tahun (ktpa), mencukupi untuk memproduksi sekitar 500.000 ton aluminium dari smelter tersebut.
Pabrik tahap I ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi alumina sebanyak 1 juta ton. Selanjutnya, Inalum berencana untuk membangun fase dua SGAR Mempawah dengan tambahan kapasitas produksi alumina antara 1 juta hingga 2 juta ton setelah tahun 2024.
Danny menyebut bahwa perusahaan berencana melakukan beauty contest atau pemilihan mitra strategis untuk bermitra dalam pengembangan tambahan kapasitas produksi alumina sebanyak 1 hingga 2 juta ton tersebut.
Sebelumnya, pemerintah mencabut status proyek SGAR Mempawah sebagai proyek strategis nasional (PSN) pada akhir Juli 2022 karena proyek senilai US$1,7 miliar itu mengalami keterlambatan yang cukup lama akibat perselisihan antara pemegang konsorsium EPC, yaitu BUMN asal China, China Aluminium International Engineering Corporation Ltd. (Chalieco) sebesar 75%, dan sisanya PT Pembangunan Perumahan Tbk. (PTPP).
Proyek pemurnian bijih bauksit ini dikelola oleh PT Borneo Alumina Indonesia (PT BAI), dengan mayoritas saham dimiliki oleh Inalum sebesar 60%, dan sisanya dimiliki Antam sebesar 40%. Akibat keterlambatan proyek SGAR Mempawah selama 16 bulan terakhir, PT BAI melaporkan potensi kerugian pendapatan mencapai US$450 juta atau setara dengan Rp6,37 triliun hingga September 2022.
________________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.