Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Hari Ini (19/12): Batu Bara Anjlok 3 Hari, CPO Naik

Harga komoditas batu bara pada Seleasa (19/12) terus melemah dalam 3 hari berturut-turut. Sementara itu, CPO menguat.
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA - Harga komoditas batu bara kini telah melemah tiga hari berturut-turut di tengah upaya dunia mengurangi konsumsi batu-bara. Sedangkan harga crude palm oil (CPO) justru mengalami kenaikan di tengah kekhawatiran persediaan dan ketegangan di Laut Merah.

Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Januari 2024 pada perdagangan Senin (13/12/2023) melemah -1,05% atau -1,50 poin ke level US$141,25 per metrik ton. Adapun, kontrak untuk Februari 2024 ditutup melemah -1,86% atau -2,60 poin ke level US$137,25 per metrik ton.

Komisi Eropa pada Senin (18/12) menuturkan bahwa negara-negara Uni Eropa (UE) saat ini mengalami keterlambatan dalam mencapai target inti perubahan iklim mereka. Menurutnya, tanpa kebijakan pengurangan emisi yang lebih kuat, Uni Eropa berisiko kehilangan tujuan tersebut. 

Adapun, negara-negara termasuk Jerman dan Rumania, diketahui terus berencana menggunakan batu bara setelah 2030. Di lain sisi, Berlin sedang mempertimbangkan percepatan penghentian penggunaan batu bara dari 2038 ke 2030. 

Mengutip World Coal, meskipun pertumbuhan produksi di seluruh dunia melambat secara bertahap, India membedakan dirinya dari negara lainnya dengan ambisi untuk meningkatkan produksinya secara agresif. 

India, dengan industri batu bara terbesar kedua di dunia dengan produksi tahun fiskal 2022 - 2023 yang berakhir pada 31 Maret 2023, memproduksi sebanyak 893 juta ton. Hal ini mencatatkan peningkatan tahunan sebesar 14,8% setelah mencapai pertumbuhan 8,7% pada tahun sebelumnya. 

Dengan produksi tersebut, India kini menyumbang lebih dari 10% produksi batu bara global, menempati peringkat kedua setelah China. Pertumbuhan tersebut juga didorong  oleh pemerintah India untuk mengurangi ketergantungan pada impor dan mewujudkan AtmaNirbhar Bharat atau ‘India mandiri’.

Untuk mewujudkan India mandiri, pemerintah berupaya meningkatkan produksi domestik menjadi lebih dari 1 miliar ton batu bara pada tahun 2023-2024 dan 1,5 miliar ton pada tahun 2029-2030, dengan pembangkit listrik tenaga batubara tetap menjadi elemen kunci dari portofolio ketenagalistrikan perusahaan.

Harga Komoditas Hari Ini (19/12): Batu Bara Anjlok 3 Hari, CPO Naik

Harga CPO

Harga (CPO) atau minyak kelapa sawit di bursa derivatif Malaysia pada Februari 2024 menguat 33 poin menjadi 3,752 ringgit per metrik ton,

Kemudian, untuk kontrak Maret 2024 juga mengalami penguatan sebesar 35 poin, menjadi 3,746 ringgit per metrik ton. 

Mengutip Reuters, harga minyak sawit berjangka Malaysia ditutup lebih tinggi pada Senin (18/12) karena menurunnya persediaan dan kekhawatiran produksi akibat kondisi cuaca kering yang mendorong kenaikan harga.

"Kekhawatiran terhadap produksi minyak sawit di Malaysia dan Indonesia serta menurunnya stok memastikan harga tetap stabil," jelas seorang dealer yang berbasis di Mumbai. 

Pertama kalinya dalam tujuh bulan, stok minyak sawit Malaysia pada akhir November 2023 mengalami penurunan. Hal ini karena penurunan produksi lebih besar dibandingkan ekspor. Namun, melambatnya ekspor membatasi kenaikan tersebut. 

Menurut Intertek Testing Services, ekspor produk minyak kelapa sawit Malaysia pada paruh pertama Desember 2023 mengalami penurunan sebesar 13,6% (month-to-month/mtm) menjadi 591.490 metrik ton. 

Kemudian, Indonesia kini menetapkan harga referensi minyak kelapa sawit sebesar US$767,51 per metrik ton untuk periode 16-31 Desember 2023, turun daru US$$795,14 pada paruh pertama bulan ini.

Impor minyak sawit India pada November 2023 juga mendekati level tertinggi dalam tiga bulan, dengan kenaikan hampir sebesar 23% dari Oktober 2023. Menurut badan perdagangan terkemuka, kenaikan tersebut terjadi lantaran perusahaan penyulingan lebih memilih minyak tropis dibandingkan dengan minyak kedelai dan minyak bunga matahari, karena potongan harga yang cukup besar. 

Harga minyak juga mengalami kenaikan pada Senin (18/12) karena serangan oleh kelompok Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah. Hal ini meningkatkan kekhawatiran terhadap gangguan pasokan minyak, dan Rusia yang berencana untuk menurunkan ekspor pada Desember 2023.

Minyak kedelai berjangka di Chicago Board of Trade (CBOT) yakni BOc2, menurun 0,4%. 

Menurut analis teknikal Reuters, Wang Tao, minyak kelapa sawit mungkin naik ke 3.748 ringgit per metrik ton, didorong oleh gelombang c (wave c).

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang perdagangan kontrak minyak kelapa sawit, Ringgit malaysia, ditutup melemah -0,01% terhadap dolar AS. Ringgit yang lebih lemah membuat minyak kelapa sawit lebih menarik bagi pemegang mata uang asing

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper