Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak turun tipis pada penutupan perdagangan Jumat, (15/12/2023) waktu setempat, karena para pelaku pasar sedang mencoba untuk merekonsiliasi sinyal beragam untuk permintaan minyak di tahun mendatang.
Harga minyak Brent turun 6 sen, atau 0,08%, menjadi US$76,55 per barel. Sementara Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir turun 15 sen, atau 0,21%, ke posisi US$71,43.
Pasar anjlok di awal sesi perdagangan setelah survei manufaktur Federal Reserve di New York menunjukkan penurunan pesanan baru selama tiga bulan, yang bisa menjadi tanda melemahnya permintaan minyak di tahun mendatang.
"Apa yang mengawali aksi jual ini adalah penurunan tajam angka manufaktur di New York," kata Phil Flynn, analis Price Futures Group mengutip Reuters.
“Pasar ini nampaknya sedikit lebih sensitif terhadap setiap berita baru,” tambah Flynn. “Mereka masih belum yakin kita sudah menemukan dasar pasar ini.”
Pedagang juga terguncang oleh komentar Presiden Bank Sentral New York John Williams pada hari Jumat tentang harapan penurunan suku bunga di tahun mendatang.
Baca Juga
“Kami tidak benar-benar membicarakan penurunan suku bunga saat ini,” kata Williams dalam sebuah wawancara dengan CNBC. Ketika menyangkut pertanyaan mengenai penurunan suku bunga, "Saya pikir masih terlalu dini untuk memikirkan hal itu" pada saat ini, katanya.
Pada hari Kamis, Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan kenaikan suku bunga yang dimaksudkan untuk mengekang inflasi kemungkinan besar akan berakhir, namun tetap membuka kemungkinan kenaikan lebih lanjut.
Sementara dolar AS juga jatuh ke level terendah empat bulan pada hari Kamis setelah bank sentral AS setelah komentar Powell, melihat tanda-tanda penurunan biaya pinjaman akan terjadi pada tahun 2024. Indeks dolar secara umum stabil pada hari Jumat.
Melemahnya dolar membuat minyak dalam mata uang dolar lebih murah bagi pembeli asing.
Konsumsi minyak dunia akan meningkat sebesar 1,1 juta barel per hari (bph) pada tahun 2024, kata IEA dalam laporan bulanannya.
Meskipun peningkatan tersebut sebesar 130.000 barel per hari dari perkiraan sebelumnya, perkiraan tersebut kurang dari setengah perkiraan permintaan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) sebesar 2,25 juta barel per hari.
OPEC dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, pada akhir November menyetujui pemotongan sukarela sekitar 2,2 juta barel per hari yang berlangsung sepanjang kuartal pertama.
“Pasar pada umumnya dan minyak pada khususnya mencoba untuk memilah apa yang terjadi,” kata John Kilduff, mitra Again Capital LLC. "Semua orang berusaha merasakan apa yang mereka inginkan."
Sinyal bullish lainnya untuk pasar minyak pada hari Jumat adalah lebih rendahnya jumlah rig pengeboran dari perusahaan teknologi energi Baker Hughes. Jumlah rig minyak dan gas, yang merupakan indikator awal produksi di masa depan, turun 3 rig menjadi 623 rig dalam sepekan hingga 15 Desember.
Baker Hughes mengatakan jumlah rig minyak AS turun 2 menjadi 501 pada minggu ini, sementara rig gas tidak berubah pada 119. Hal ini membuat jumlah rig turun dari angka tertinggi pascapandemi sebesar 784 pada Desember 2022 karena penurunan harga minyak dan gas.