Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah saham emiten migas terpantau parkir di zona hijau pada perdagangan sesi I hari ini, Kamis (14/12/2023) seiring dengan melonjaknya harga minyak dunia setelah The Fed memutuskan menahan suku bunga acuan.
Pada penutupan sesi I perdagangan hari ini, PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC), PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA), PT Energy Mega Persada Tbk. (ENRG), PT Elnusa Tbk. (ELSA) dan PT Apexindo Pratama Duta Tbk. (APEX) kompak parkir menguat.
MEDC sukses menguat paling besar yaitu 6,16% ke posisi Rp1.120 per saham. MEDC bergerak di level Rp1.075 hingga Rp1.135 per saham. Kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp28,15 triliun.
Kemudian RAJA naik 1,95% dan berakhir di level Rp1.565 per saham. Dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp6,62 triliun, saham RAJA sempat bergerak di level terendah hari ini yaitu Rp1.515.
ENRG berada di level Rp220 per saham atau naik 2,80%. Sepanjang perdagangan, saham ENRG bergerak di rentang Rp216 hingga Rp220 per saham. Kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp5,41 triliun.
Selanjutnya saham ELSA dan APEX yang masing-masing menguat 1,61% dan 2,47%. ELSA parkir di level Rp378 dan APEX berada di level 166 per saham.
Baca Juga
Melansir data Bloomberg pukul 13.00 WIB, minyak jenis WTI Crude Oil dan Brent Crude kompak menguat. Minyak jenis WTI naik 0,46% ke posisi US$69,79 per barel sementara Brent naik 0,54% ke posisi US$74,66 per barel.
Minyak sempat sempat naik lebih dari 1% tepat setelah Federal Open Market Committee (FOMC) memutuskan dengan suara bulat untuk mempertahankan suku bunga acuan federal fund rate (FFR) di kisaran 5,25% - 5,5%.
Di sisi lain, Research and Development ICDX Girta Yoga mengatakan harga crude oil tahun depan memiliki resistance di level US$80 hingga US$100 per barel tahun depan dengan support di posisi US$40 hingga US$60 per barel.
“Trennya tergantung seberapa kuat indikator memberikan dampak ke komoditas,” katanya dalam acara ICDX Outlook di Jakarta, Rabu (13/12/2023).
Yoga menjelaskan untuk komoditas energi khususnya minyak mentah, fokus utama akan tertuju pada rencana peningkatan produksi AS sebesar 1 juta barel per hari, dan pemangkasan produksi OPEC+ sebesar 2,2 juta barel per hari pada kuartal I/2024.
Selain itu, tensi geopolitik, embargo terhadap Rusia serta pertumbuhan ekonomi global akan mempengaruhi di sisi permintaan.