Minyak Mentah
Sementara itu, harga minyak mentah menguat tipis pada Senin karena pemangkasan produksi OPEC+ gagal untuk sepenuhnya mengimbangi kekhawatiran seputar kelebihan pasokan minyak mentah dan pertumbuhan permintaan bahan bakar yang lebih lemah tahun depan.
Minyak mentah berjangka Brent ditutup naik 19 sen atau 0,3% ke US$76,03 per barel, sementara minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) ditutup naik 9 sen atau 0,1% di level US$71,32.
Kedua kontrak melonjak lebih dari 2% pada hari Jumat tetapi turun untuk minggu ketujuh berturut-turut, penurunan mingguan terpanjang sejak 2018, di tengah kekhawatiran kelebihan pasokan yang masih ada.
"Ada sedikit keraguan bahwa kompleks minyak tetap dalam keadaan rentan," kata John Evans dari pialang minyak PVM dalam sebuah catatan pada hari Senin.
Meskipun ada janji dari kelompok OPEC+, yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, untuk memangkas 2,2 juta barel per hari (bph) produksi minyak mentah pada kuartal pertama, investor tetap skeptis terhadap kepatuhan para anggotanya.
Baca Juga
Presiden Ritterbusch and Associates LLC Jim Ritterbusch mengatakan anggota-anggota yang berpartisipasi dalam pembatasan produksi tidak hanya melihat berkurangnya pendapatan dari volume yang lebih kecil, tetapi juga dari penurunan harga yang terjadi setelah keputusan OPEC+ yang terakhir.
Pertumbuhan produksi di negara-negara non-OPEC diperkirakan akan menyebabkan kelebihan suplai tahun depan.
RBC Capital Markets memperkirakan penurunan cadangan 700.000 bph pada semester pertama, namun hanya 140.000 bph untuk setahun penuh.
"Harga akan tetap bergejolak dan tidak memiliki arah sampai pasar melihat poin-poin data yang jelas mengenai pemangkasan produksi secara sukarela," kata para analis RBC dalam sebuah catatan.