Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Ditutup Melemah, Ekspektasi Investor Mulai Realistis

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,11%, S&P 500 tergelincir 0,54%, dan Nasdaq jatuh 0,84% pada akhir perdagangan Senin.
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat (AS) di Wall Street, New York ditutup melemah pada akhir perdagangan Senin (4/12/2023) waktu setempat. Hal ini menjadi sinyal bahwa penilaian agresif pelaku pasar terhadap penurunan suku bunga Bank Sentral Federal Reserve mungkin sudah berlebihan.

Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (5/12/2023), indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,11% atau 41,06 poin ke 36.204,44, S&P 500 tergelincir 0,54% atau 24,85 poin ke 4.569,78, dan Nasdaq jatuh 0,84% atau 119,54 poin ke 14.185,49.

Sejumlah data pekerjaan penting selama beberapa hari ke depan akan diawasi dengan ketat untuk mendapatkan petunjuk mengenai langkah-langkah The Fed selanjutnya. Secara teknis kondisi overbought dan posisi bullish telah membuat pasar rentan terhadap koreksi setelah reli bersejarah pada pasar saham dan obligasi bulan lalu.

“Pasar telah mengalami reli yang hebat dan sekarang ini hanya semacam 'santai’,” kata Tony Dwyer dari Canaccord Genuity kepada Bloomberg.

Chief Investment Officer Morgan Stanley Michael Wilson menilai saham-saham AS sedang menuju akhir tahun yang sulit. Menurutnya bulan Desember dapat membawa volatilitas jangka pendek baik pada suku bunga maupun pasar saham sebelum tren musiman yang lebih konstruktif serta January Effect mendukung pasar saham bulan depan.

Head of Global and European Equity Strategy JPMorgan Chase & Co. Mislav Matejka mengatakan pasar mengharapkan soft landing pada ekonomi tidak memberikan ruang untuk kesalahan.

S&P 500 turun dari level tertingginya sejak Maret 2022, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor dua tahun naik sembilan basis poin menjadi 4,63%. Dolar menguat pada akhir perdagangan Senin, sementara Bitcoin melayang mendekati US$42.000 karena hiruk pikuk spekulasi dalam mata uang kripto semakin meningkat.

“Risiko jangka pendek terbesar bagi pasar adalah setelah reli satu bulan yang fenomenal, periode konsolidasi mungkin merupakan jeda yang diperlukan. Banyak kabar baik yang diperhitungkan,” kata Jason Draho dari UBS Global Wealth Management.

Senior Wealth Advisor & Market Strategist Murphy & Sylvest Wealth Management Paul Nolte mengatakan pertanyaannya sekarang adalah: Akankah The Fed menindaklanjuti ekspektasi pasar?

“Pasar AS mengalami kenaikan suku bunga secara besar-besaran namun belum sepenuhnya berdampak pada perekonomian. Pasar memiliki peluang besar untuk melambat tahun depan. Apakah ini berarti kehancuran besar-besaran? Tidak, belum tentu. Tapi saya tidak menganjurkan mengejar saham dan tidak menyeimbangkan cara Anda memasuki pasar,” kata Dana D’Auria dari Envestnet Inc.

Pertanyaan berikutnya adalah apakah perekonomian akan mengalami penurunan atau memburuk? kedua skenario tersebut menunjukkan bahwa suku bunga akan lebih rendah. Hampir 125 basis poin pelonggaran sudah diperkirakan pada pertemuan The Fed bulan Desember tahun depan. Ini setara dengan sekitar lima pemotongan seperempat poin suku bunga.

“Pasar mendekati batas perkiraan yang masuk akal tanpa memberikan peluang terjadinya resesi dalam waktu dekat,” tulis ahli strategi Goldman Sachs Group Inc. termasuk Praveen Korapaty.

Kepada Chris Larkin di E*Trade dari Morgan Stanley menilai para pedagang mungkin bertanya-tanya apakah pasar sudah terlalu berpuas diri.

Persentase saham S&P 500 yang diperdagangkan di atas rata-rata pergerakan 50 hari telah melonjak menjadi 84%. Hal ini menunjukkan partisipasi luas selama reli baru-baru ini, menurut data yang dikumpulkan oleh Bespoke Investment Group.

Sementara itu, selisih bull-bear yang diawasi ketat dari survei American Association of Individual Investors baru-baru ini menunjukkan sikap paling bullish bagi grup tersebut sejak bulan Juli 2023, mendekati level yang belum pernah terlihat sejak April 2021.

S&P 500 membukukan pergerakan harian rata-rata sebesar 0,3% ke arah mana pun pada minggu lalu karena pasar kehilangan momentum menjelang akhir bulan November terbaik kedua sejak tahun 1980. Indeks Volatilitas Cboe yang dikenal sebagai VIX, mendekati level terendah tahun ini pada Jumat lalu setelah Ketua Fed Jerome Powell memberikan sinyal paling jelas bahwa para pejabat telah selesai menaikkan suku bunga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper