Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak kembali naik setelah mengalami penurunan selama enam minggu di tengah spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) telah selesai menaikkan suku bunga dan kemungkinan sanksi AS terhadap pasokan Venezuela dapat diperketat lagi.
Dilansir dari Bloomberg pada Senin (4/12/2023), patokan harga minyak Brent naik menuju US$80 per barel setelah membatasi penurunan mingguan terburuk dalam dua tahun terakhir, sementara West Texas Intermediate mendekati US$75.
Ekspektasi investor bahwa langkah selanjutnya dari The Fed adalah pemangkasan suku bunga telah menguat pada kuartal ini, sehingga melemahkan dolar AS. Langkah The Fed tersebut juga membuat komoditas menjadi lebih menarik.
Sementara itu, pasokan minyak asal Venezuela juga menjadi fokus setelah Gedung Putih mengatakan sedang mengevaluasi kemungkinan konsekuensi setelah Presiden Nicolás Maduro melewatkan tenggat waktu akhir November untuk membebaskan warga Amerika yang ditahan.
AS mencapai kesepakatan dengan Venezuela pada Oktober 2023 untuk mencabut beberapa sanksi, termasuk pada minyak, dan ada kekhawatiran bahwa lisensi transaksi enam bulan mungkin tidak akan diperpanjang.
Minyak baru saja mengakhiri penurunan bulanan berturut-turut karena pasokan dari negara-negara non-OPEC termasuk AS membengkak, sementara prospek pertumbuhan permintaan melemah. Penurunan ini terjadi meskipun ada langkah minggu lalu oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya untuk memperdalam pengurangan produksi.
Baca Juga
Sementara itu, di Timur Tengah, pemberontak Houthi yang didukung Iran mengklaim bahwa mereka menargetkan dua kapal Israel di Laut Merah, bagian dari serangkaian serangan terhadap kapal-kapal komersial di perairan internasional di tengah-tengah perang di Gaza. AS mengatakan bahwa salah satu kapal perangnya menembak jatuh tiga pesawat tak berawak.
Harga Minyak Dunia:
- Harga Minyak Brent untuk kontrak Februari 2024 naik 0,9% menjadi US$79,59 per barel pada pukul 7:40 pagi di Singapura.
- Harga minyak WTI untuk kontrak Januari 2024 naik 1,1% menjadi US$74,88 per barel.