Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Market Cap DCII Milik Toto Sugiri Menuju Rp100 Triliun, Dekati GOTO

Kapitalisasi pasar DCII bertengger di level Rp97,79 triliun, atau mendekati market cap GOTO yang mencapai Rp100,92 triliun.
Presiden Direktur PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) Otto Toto Sugiri ditemui di Jakarta, Kamis (27/1/2023). Bisnis/Annisa Kurniasari Saumi.
Presiden Direktur PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) Otto Toto Sugiri ditemui di Jakarta, Kamis (27/1/2023). Bisnis/Annisa Kurniasari Saumi.

Bisnis.com, JAKARTA – Saham emiten data center PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) milik Otto Toto Sugiri dan Anthoni Salim mengalami lonjakan yang turut mendongkrak kapitalisasi pasarnya (market cap) menuju Rp100 triliun, atau mendekati market cap PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO).

Berdasarkan data RTI, saham DCII melesat hingga menyentuh auto reject atas (ARA) pada perdagangan kemarin (23/11/2023). Saham DCII naik 19,96% atau 6.825 poin ke level Rp41.025.

Price to earning ratio (PER) DCII berada di posisi 198 kali, dengan price to book value (PBVR) 50,01 kali. Kapitalisasi pasar DCII bertengger di level Rp97,79 triliun pada akhir perdagangan Rabu.

Di sisi lain, saham GOTO ambles 4,55% ke posisi Rp84, dengan PER -7,93 dan PBVR 0,85 kali. Kapitalisasi pasar GOTO parkir di level Rp100,92 triliun.

Adapun DCII mempunya rekam jejal bergerak secara fenomenal pada 2021 atau periode ketika perseroan masih menjadi pendatang baru di Bursa Efek Indonesia. Tercatat, DCII yang listing di BEI pada 6 Januari 2021 di harga IPO Rp420 per saham, melonjak lebih dari 14.185%, hingga menembus level Rp60.000-an pada Juni 2021. Alhasil, DCII sempat menjadi salah satu saham termahal di BEI.

Setelah DCII masuk bursa, Otto Toto Sugiri kemudian memboyong PT Indointernet Tbk. (EDGE) go public pada 8 Februari 2021. Aksi IPO dua DCII dan EDGE kemudian membuat Otto Toto Sugiri masuk daftar orang terkaya versi Forbes.

Berdasarkan data real-time billionaires list Forbes, Rabu (22/11/2023), kekayaan Toto Sugiri telah bertambah 23,21% atau setara US$412 juta hanya dalam waktu 24 jam. Kini, kekayaan Otto Toto Sugiri menembus US$2,2 miliar atau setara Rp34,26 triliun (kurs Rp15.573).

Dari sisi kinerja keuangan, DCII masih mencatat hasil yang solid. Pendapatan DCII naik 28,25% secara tahunan dari Rp747,09 miliar pada kuartal III/2022, menjadi Rp958,13 miliar pada kuartal III/2023. Pendapatan ini disumbang oleh pendapatan colocation sebesar Rp907 miliar, atau naik 28,14% dari Rp707,8 miliar. Pendapatan dari DCII juga dikontribusikan dari pendapatan lain-lain senilai Rp51 miliar, naik 30,1% dari Rp39,2 miliar.

Naiknya pendapatan ini turut membuat beban pokok pendapatan DCII meningkat menjadi 19,95% secara tahunan menjadi Rp387,7 miliar, dari Rp323,2 miliar. 

Meski beban naik, laba bruto DCII juga turut meningkat menjadi Rp570,3 miliar. Laba bruto ini naik 34,58% secara year-on-year (yoy) dari Rp423,8 miliar. Dengan kinerja tersebut, laba bersih DCII ikut terangkat naik menjadi Rp370,4 miliar pada kuartal III/2023. Laba bersih ini naik 45,84% secara tahunan dari Rp253,9 miliar.

GOTO & TikTok

Pada bagian lain di sektor teknologi, Tiktok milik ByteDance Ltd dikabarkan sedang dalam pembicaraan untuk menanamkan investasi pada unit bisnis PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO). Aksi ini diperkirakan menjadi salah satu strategi TikTok untuk memulai kembali bisnis e-commerce di Indonesia.

Mengutip sumber Bloomberg, Rabu (22/11/2023), Tiktok sedang mengerjakan potensi investasi pada unit ritel online GoTo, Tokopedia, yang dapat diselesaikan dalam beberapa minggu mendatang.

Sumber anonim Bloomberg mengatakan, ketimbang melakukan investasi langsung, kesepakatan tersebut dapat berbentuk usaha patungan antara GOTO dan Tiktok.

“Diskusi tersebut juga melibatkan kedua perusahaan untuk bersama-sama membangun platform e-commerce baru,” kata sumber tersebut.

Pengaturan tersebut dirancang untuk mengatasi hambatan peraturan dan memungkinkan TikTok menghidupkan kembali layanan belanja online di arena ritel terbesar di Asia Tenggara.

Indonesia pada September lalu mengumumkan peraturan besar-besaran yang memaksa TikTok untuk memisahkan bisnis pembayaran dari divisi belanja online di Indonesia. Hal ini merupakan sebuah pemisahan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang melemahkan daya dorong perusahaan media sosial tersebut ketika mereka mulai mendapatkan daya tarik terhadap Sea Ltd. dan GoTo.

TikTok, satu-satunya platform yang terkena dampak langsung dari peraturan tersebut, segera menghentikan belanja online di Indonesia untuk mematuhi aturan pembatasan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper