Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari, Jumat (17/11/2023) ini berpotensi rebound setelah mengalami pelemahan pada perdagangan kemarin.
Rupiah ditutup melemah pada Kamis, (16/11/2023). Pelemahan ini terjadi seiring dengan rilis data belanja ritel AS per Oktober 2023.
Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 20,50 poin atau 0,13% menuju level Rp15.554,5 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat 0,08% ke posisi 104,47.
Sementara itu, Mata uang lain di kawasan Asia ditutup bervariasi. Won Korea, semisal, menguat 0,28%, sedangkan Yen Jepang turun 0,03%, dan yuan China turun 0,13%. Adapun baht Thailand menguat 0,21%, dolar Singapura tumbuh 0,04%, ringgit Malaysia melemah 0,54%.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan bahwa menguatnya penjualan ritel AS telah mendorong ketidakpastian The Fed. Sebab, belanja ritel negeri Paman Sam terus bertahan sampai dengan Oktober 2023.
“Angka tersebut agak mengimbangi optimisme atas penurunan inflasi AS baru-baru ini, mengingat hal tersebut masih dapat menimbulkan tekanan harga yang besar dalam beberapa bulan mendatang,” ujarnya dalam riset harian, Kamis (16/11).
Baca Juga
Dia menambahkan inflasi juga masih jauh di atas target tahunan The Fed sebesar 2%, sehingga data penjualan ritel mendorong rebound dolar dan imbal hasil treasury yang pada akhirnya menekan emas dan menghentikan reli logam kuning selama dua hari.
Dari sisi internal, Bank Indonesia (BI) menilai surplus Neraca Perdagangan Indonesia pada Oktober 2023 memperkuat ketahanan eksternal perekonomian Indonesia lebih lanjut.
Ke depan, BI akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas lain untuk terus meningkatkan ketahanan eksternal dan mendukung pemulihan ekonomi nasional.
Adapun surplus neraca perdagangan Oktober 2023 bersumber dari berlanjutnya surplus neraca perdagangan nonmigas yang mencapai US$5,31 miliar, relatif stabil dibandingkan dengan capaian pada bulan sebelumnya sebesar US$5,33 miliar.
Kinerja positif tersebut didukung oleh tetap kuatnya ekspor nonmigas terutama komoditas batubara, produk logam mulia dan perhiasan, serta produk manufaktur alas kaki dan besi baja.
Berdasarkan negara tujuan, ekspor nonmigas ke China, AS, dan India tetap menjadi kontributor utama ekspor. Sementara itu, impor nonmigas tetap menunjukkan penguatan sejalan dengan berlanjutnya perbaikan aktivitas ekonomi.
Ibrahim memperkirakan nilai tukar rupiah pada perdagangan besok, Jumat (17/11) akan bergerak fluktuatif tetapi ditutup melemah di rentang Rp15.530 – Rp15.600.
Perubahan besar dalam penilaian pasar terhadap The Fed telah membuat dolar melemah, dengan euro menguat pada US$1,0853 dan mempertahankan kenaikan sebesar 1,6% untuk minggu ini.
Dolar bahkan melemah terhadap yen, turun ke 150,67 yen dan menjauh dari level puncak 151,92 yang dicapai di awal minggu. Mata uang ini bernasib lebih baik terhadap mata uang terkait komoditas seperti dolar Kanada, yang terhambat oleh penurunan harga minyak.
Penurunan imbal hasil obligasi terbukti menjadi bullish bagi emas, yang naik hingga US$1.982 per ounce.
Dolar AS kembali menguat pada hari Jumat dini hari, karena pasar bergulat dengan ketidakpastian kapan The Fed akan menurunkan suku bunga pinjaman semalam sebesar 5,25%-5,5%, yang masih membatasi pertumbuhan ekonomi.
“Kami sudah lama mengantisipasi pelonggaran kebijakan The Fed yang lebih cepat dibandingkan perkiraan pasar,” kata Vassili Serebriakov, ahli strategi valuta asing di UBS di New York, seraya menambahkan bahwa para ekonom UBS memperkirakan kemungkinan penurunan suku bunga pada akhir tahun ini.
“Tetapi masih ada sejumlah alasan mengapa dolar tidak akan melemah dengan cepat, yang utama adalah gambaran pertumbuhan di luar AS masih cukup lemah,” ujarnya dikutip dari Reuters.
Pedagang tetap yakin bahwa suku bunga tidak akan naik lebih tinggi, dengan pasar berjangka sekarang memperkirakan peluang 1 dari 3 untuk penurunan pertama pada bulan Maret, menurut FedWatch Tool dari CME Group.