Bisnis.com, JAKARTA - Investor menyambut baik keputusan Federal Reserve (The Fed) memertahankan suku bunga acuan pada Rabu (1/11/2023) waktu setempat. Hal itu membuat Wall Street menguat, yang juga dapat memberikan sentimen positif bagi indeks harga saham gabungan (IHSG)
Indeks saham global naik tajam sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun turun ke posisi terendah dua minggu pada hari Rabu setelah Federal Reserve AS mempertahankan suku bunga stabil.
Bank sentral AS dalam pernyataan kebijakannya juga membuka kemungkinan peningkatan lebih lanjut dalam biaya pinjaman, dan mengakui kekuatan ekonomi Amerika yang mengejutkan.
The Fed mengumumkan bahwa mereka telah memutuskan untuk mempertahankan suku bunga tetap pada kisaran 5,25% hingga 5,50% saat ini.
Ketua The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers mengatakan bahwa biaya pinjaman pasar harus lebih tinggi secara berkelanjutan agar dapat mempengaruhi pilihan kebijakan moneter bank sentral di masa depan.
“Dalam konferensi pers, Powell mencatat bahwa risiko menjadi semakin seimbang; itu menunjukkan sedikit dovish,” kata Amo Sahota, direktur Klarity FX di San Francisco.
Baca Juga
Dow Jones Industrial Average naik 221,71 poin atau 0,67% menjadi 33.274,58, S&P 500 bertambah 44,06 poin atau 1,05% menjadi 4.237,86, dan Nasdaq Composite bertambah 210,23 poin atau 1,64% menjadi 13.061,47.
Indeks STOXX 600 pan-Eropa naik 0,67% dan indeks saham MSCI di seluruh dunia naik 0,94%.
Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun turun menjadi 4,766%, terendah sejak 17 Oktober. Imbal hasil obligasi dua tahun turun menjadi 4,942%, terendah sejak 10 Oktober.
Sebelumnya, imbal hasil Treasury merosot karena rencana Departemen Keuangan untuk "secara bertahap" meningkatkan ukuran lelang utangnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan.
Departemen Keuangan mengatakan ukuran sebagian besar lelang dari bulan November hingga Januari 2024 akan meningkat dan memerlukan satu kuartal tambahan kenaikan untuk memenuhi rencana pendanaannya.
Indeks dolar AS menguat menyusul pernyataan The Fed namun terakhir kali hampir datar. Terhadap yen, dolar turun 0,4% menjadi 151,09.
Yen Jepang turun tajam pada hari Selasa, ketika Bank of Japan mengubah kebijakan pengendalian imbal hasil obligasinya, melonggarkan cengkeramannya pada suku bunga jangka panjang dan mendorong mata uang tersebut ke level terendah dalam satu tahun terhadap dolar.
Hal ini diikuti oleh peringatan baru dan lebih keras dari diplomat mata uang terkemuka Jepang Masato Kanda pada hari Rabu bahwa pihak berwenang siap untuk menanggapi pergerakan mata uang yang "sepihak dan tajam" baru-baru ini.
Harga minyak turun ke level terendah dalam tiga minggu setelah keputusan Fed. Brent berjangka turun 39 sen, atau 0,5%, menjadi US$84,63 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 58 sen, atau 0,7%, menjadi US$80,44.
Prospek IHSG
The Fed melakukan pertemuan kebijakan moneter selama dua hari pada 31 Oktober-1 November 2023. The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga stabil pada hari Rabu.
Investor akan memantau pernyataannya dan komentar Ketua The Fed Jerome Powell untuk mendapatkan petunjuk tentang rencananya ke depan. Penantian investor terhadap The Fed membuat IHSG tertekan.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, IHSG parkir di level 6,642, tergerus 1,63% atau 109,79 poin pada Rabu (1/11/2023). Sepanjang perdagangan indeks bergerak di level 6.773,98 hingga 6.639,82.
Presiden Direktur Kiwoom Sekuritas Indonesia Changkun Shin mengatakan laju IHSG dibayangi kinerja emiten per kuartal III/2023 yang bervariasi. Menurutnya, kinerja emiten blue chip mayoritas tumbuh positif, tetapi dampaknya tidak begitu kuat mengingat pasar lebih cenderung wait and see.
"Sentimen yang dicermati investor adalah arah kebijakan Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed) yang berisiko berimbas ke pelemahan rupiah," jelasnya.
CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas William Surya Wijaya menyampaikan IHSG dipengaruhi juga rilis daya inflasi dan kinerja emiten. Hari ini IHSG berpotensi mengalami teknikal rebound di rentang 6.598-6.747