Bisnis.com, JAKARTA – PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) meraih laba bersih sebesar Rp1,71 triliun pada kuartal III/2023 atau naik 9,36% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Padahal terjadi penurunan dari sisi topline.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2023 yang tidak diaudit, AKRA membukukan pendapatan penjualan secara konsolidasi sebesar Rp29,97 triliun. Jumlah ini melemah 13,31% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, Rp34,58 triliun.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan AKR Corporindo, Suresh Vembu, mengatakan bahwa penurunan tersebut diakibatkan oleh melemahnya harga komoditas sehingga berdampak terhadap pendapatan dari segmen perdagangan dan distribusi.
“Volume tumbuh sementara harga jual rata-rata lebih rendah karena penurunan harga komoditas,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (25/10/2023).
Perinciannya, pendapatan dari segmen perdagangan dan distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) mengalami penurunan sebesar 15,66% year-on-year (YoY) menjadi Rp27,91 triliun.
Sementara itu, pendapatan dari segmen jasa logistik pelabuhan dan transportasi mengalami peningkatan 19,13% YoY menjadi Rp669,5 miliar. Adapun pendapatan dari kawasan industri tembus Rp761,57 miliar atau melesat 898,14% secara tahunan.
Baca Juga
Meski total pendapatan melemah, AKRA mampu memperkecil beban pokok penjualan dan pendapatan hingga 14,39% YoY menuju angka Rp27,1 triliun. Alhasil laba bruto yang dibukukan perseroan mencapai Rp2,87 triliun, naik 5,56% YoY.
Setelah diakumulasikan dengan berbagi pendapatan dan beban lain, AKRA laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp,17 triliun atau naik 9,36% YoY. Laba per saham juga naik dari Rp79,23 menjadi Rp86,65 per kuartal III/2023.
Suresh menambahkan bahwa perseroan juga meraih EBITDA sepanjang 9 bulan pertama tahun ini sebesar Rp2,55 triliun atau tumbuh 13,4% dari raihan Rp2,25 miliar pada tahun lalu.
Selain itu, dia mengatakan bahwa kuatnya kinerja keuangan yang dicetak AKRA telah menghasilkan peningkatan return on equity (ROE) secara signifikan menjadi 21%, sementara return on asset (ROA) mencapai 8%.
“Posisi neraca yang kuat dengan total aset Rp28,80 triliun per 30 September 2023 dengan posisi hutang yang rendah. Posisi kas mencapai Rp6,84 triliun atau 22% dari total aset. Net gearing ratio tercatat pada minus 0,17 kali atau mengindikasikan posisi net cash,” pungkasnya.