Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tinggi Peminat, Ini Sederet Tantangan Korporasi Terbitkan Green Bond

Tantangan korporasi dalam penerbitan green bond salah satunya datang dari sisi peringkat surat utang.
Ilustrasi kredit hijau atau green financing. Dok Freepik
Ilustrasi kredit hijau atau green financing. Dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Penerbitan obligasi hijau atau green bond di sektor korporasi diperkirakan analis masih memiliki peminat yang tinggi. Analis memandang terdapat sejumlah tantangan yang dihadapi korporasi mengenai penerbitan green bond tersebut.

Vice President Credit Analyst Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Teddy Hariyanto menuturkan tantangan korporasi dalam penerbitan green bond ini salah satunya datang dari sisi peringkat surat utang.

"Karena memang investor akan tetap melihat peringkat perusahaan dan instrumen yang diterbitkan, serta kupon yang ditawarkan oleh penerbit obligasi," kata Teddy dihubungi Bisnis, Selasa (17/10/2023). 

Dia mengatakan untuk menjawab tantangan batasan peringkat surat utang yang diterbitkan apabila peringkat kredit yang diperoleh dibawah -A atau single A minus, korporasi bisa mengajukan penjaminan kepada Lembaga-lembaga keuangan seperti CGIF atau IIF. Menurutnya, hal tersebut bisa mendorong minat investor. 

"Tantangan lain adalah masih minimnya insentif bagi penerbit green bond. Insentif itu bisa dalam bentuk insentif pajak bagi penerbit green bonds dan investor," ucap Teddy. 

Teddy juga mengatakan banyak korporasi yang mulai secara bertahap mengubah cara operasional bisnisnya, untuk lebih menerapkan pinsip-prinsip yang ramah lingkungan. Menurutnya, perubahan bertahap ini memang dilandasi oleh kesadaran (awareness) dari sisi korporasi yang sudah meningkat pesat dalam penerapan ESG.

Selain itu, lanjut dia, terdapat tuntutan atau demand dari pelanggan perusahaan tersebut, terutama perusahaan-perusahaan yang melakukan ekspor, serta dorongan dari pemerintah. 

Menurut Teddy, perusahaan-perusahaan di sektor renewable energy, water management, waste management, utility, manufaktur, perbankan, clean transportation, green buildings, dan lain lain memiliki prospek dan potensi untuk menerbitkan green bond dan instrumen surat hutang bertema sustainability. 

"Dari sisi investor, tentunya green bond ini akan sangat menarik bagi para investor terutama para investor yang berafiliasi dengan perusahaan asing yang sangat memberi perhatian pada penerapan ESG," tutur dia.

Permintaan yang tinggi terhadap greend bond menurutnya ditunjukkan oleh tingginya minat investor terhadap green bond yang diterbitkan akhir-akhir ini oleh Bank Mandiri, BNI, dan BRI hingga kelebihan permintaan (oversubscribed). 

Sebagai informasi, PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) menyampaikan akan menerbitkan social bonds atau obligasi sosial senilai Rp8 triliun atau US$530 juta, dan Sukuk Musyarakah senilai Rp1,5 triliun atau setara US$100 juta. 

"Nilai maksimum dari penerbitan obligasi konvensional ini adalah Rp8 triliun atau sekitar US$530 juta dan sukuk musyarakah senilai Rp1,5 triliun atau US$100 juta," kata Ananta dalam ASEAN Capital Market Forum 2023 di Mangupura, Selasa (17/10/2023). 

Dia mengatakan, penggunaan dana dari penerbitan social bonds ini 100 persen akan digunakan untuk mendukung program KPR subsidi pemerintah untuk masyarakat berpenghasilan rendah. 

Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi mengatakan SMF menjadi perusahaan pertama yang menerbitkan social bonds di Indonesia. 

Lebih lanjut, Inarno menuturkan OJK akan selalu mencari peluang untuk membawa berbagai jenis pembiayaan berkelanjutan, mulai dari green bond, green sukuk, termasuk juga blue bonds apabila diperlukan di kemudian hari.

Proyek Hijau BRI

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) telah menawarkan obligasi hijau dengan nilai mencapai Rp6 triliun. Berdasarkan jadwal penawaran, obligasi hijau itu mulai tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (18/10/2023).

Mengacu prospektusnya, Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan I Bank BRI Tahap II Tahun 2023 atau obligasi hijau itu terdiri dari tiga seri, yaitu Obligasi Berwawasan Lingkungan Seri A, Obligasi Berwawasan Lingkungan Seri B, dan Obligasi Berwawasan Lingkungan Seri C. Masing-masing ditawarkan sebesar 100 persen dari jumlah pokok obligasi.

Pada Obligasi Berwawasan Lingkungan Seri A ditawarkan sebesar Rp1,34 triliun dengan tingkat bunga tetap sebesar 6,10 persen per tahun dan berjangka waktu 370 hari kalender sejak tanggal emisi.

Pada Obligasi Berwawasan Lingkungan Seri B ditawarkan sebesar Rp4,15 triliun dengan tingkat bunga tetap sebesar 6,35 persen per tahun, berjangka waktu 2 tahun sejak tanggal emisi.

Terakhir Obligasi Berwawasan Lingkungan Seri C ditawarkan sebesar Rp500 miliar dengan tingkat bunga tetap sebesar 6,30 persen per tahun dan berjangka waktu 3 tahun sejak tanggal emisi.

Sebelumnya, BRI menggelar masa penawaran umum untuk obligasi hijau itu pada 10 Oktober 2023 hingga 12 Oktober 2023. Adapun, waliamanat dari efek itu adalah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) dan mendapatkan rating emisi idAAA atau triple A PEFINDO.

Manajemen BRI menjelaskan bahwa penerbitan obligasi hijau itu ditujukan untuk membiayai sejumlah proyek hijau, atau membiayai kembali kegiatan dalam kategori kegiatan usaha berwawasan lingkungan dan untuk modal kerja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper