Bisnis.com, JAKARTA – Sejak awal tahun 2023 sampai hari ini, Senin (16/10/2023), sebanyak 73 perusahaan telah mencatatkan sahamnya Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan nilai penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) sebesar Rp53 triliun.
Rekor tersebut berhasil mengukuhkan posisi BEI sebagai Bursa dengan jumlah pencatatan saham perdana terbanyak di ASEAN sejak 2018.
Di antaranya seperti dua emiten yang baru mencatatkan sahamnya di BEI pada tanggal 11 Oktober 2023, yakni PT Koka Indonesia Tbk. (KOKA) dan PT Logisticsplus International Tbk. (LOPI) yang masing-masing memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp331,91 miliar dan Rp83,60 miliar. Selain itu, ada juga PT Pulau Subur Tbk. (PTPS) yang tercatat di BEI pada tanggal 9 Oktober 2023 yang memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp227,59 miliar.
Apa yang membuat banyaknya perusahaan kecil melakukan IPO? Lalu, apakah investor dapat diuntungkan dengan saham-saham yang notabenenya kecil? Sejumlah analis yang dihubungi Bisnis memberikan penjelasannya.
Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Maximilianus Nico Demus mengatakan, rekor jumlah perusahaan IPO yang tinggi berkaitan dengan kondisi inflasi yang saat ini juga tinggi.
“Ketika kita bicara IPO, tentu ada obligasi dan saham. Tatkala inflasi tinggi, tingkat suku bunga masih tinggi, tentu obligasi bukanlah merupakan pilihan utama bagi perusahaan untuk menerbitkan obligasi. Salah satu pendanaan yang memiliki cost of fund murah, tentu saja IPO saham.” kata Nico kepada Bisnis, Senin (16/10/2023).
Baca Juga
Hal tersebut membuat jumlah perusahaan yang IPO pada akhirnya memecahkan rekor, meskipun secara kualitas belum sebanding lurus dengan kuantitas. Nico menambahkan, keuntungan yang bisa diperoleh investor dari saham-saham yang terbilang kecil itu pun bergantung juga pada sisi fundamental, prospek bisnis, dan potensi valuasinya.
Tentu pelaku pasar dan investor akan memperhatikan fundamental yang akan datang, prospek bisnisnya, hingga potensi valuasi di masa yang akan datang. Serta, imbuh Nico, tentu saja disandingkan dengan tujuan dari pelaku pasar dan investor kepada saham tersebut.
“Apabila memang hanya mencari animo jangka pendek, maka jual tatkala hari pertama IPO merupakan salah satu strategi yang lumrah memanfaatkan kenaikkan harga pada awal perdagangan. Apabila investor jangka panjang, tentu hold dan menambah kepemilikan merupakan sebuah pilihan,” pungkas Nico.
Dihubungi secara terpisah, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan bahwa untung atau tidaknya investor yang berinvestasi pada saham-saham kecil tergantung emitennya.
"Soal investor untung atau tidak tergantung emitennya. Kalau fundamental serta prospek bisnisnya baik, IPO akan sukses, dan sebaliknya." kata Arjun kepada Bisnis, Senin (16/10/2023).
Arjun juga menambahkan, dibandingkan dengan negara lain, IPO di pasar modal Indonesia menjadi pemimpin di Asia secara jumlah. Perusahaan kecil pun bisa ikut melakukan IPO untuk beberapa alasan tertentu.
“Perusahaan kecil bisa melakukan IPO untuk beberapa alasan, seperti penambahan modal dan untuk ekspansi, yakni Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD), atau untuk membantu pelunasan pembayaran utang, maupun kombinasi keduanya.” jelas Arjun. (Daffa Naufal Ramadhan)