Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah riuh rendah kampanye transisi energi, Direktur Utama PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) Hilmi Panigoro menyatakan bahwa dunia masih membutuhkan batu bara dalam jumlah besar.
Dia mengatakan konsumsi batu bara di dunia mencapai 8 miliar ton pada 2022. Pernyataannya sejalan dengan International Energy Agency (IEA) yang memperkirakan konsumsi batu bara global tembus 8,03 miliar ton, atau naik 1,2% dari tahun 2021.
“Tahun ini, walaupun semua orang bicara transisi energi, akan lewat 9 miliar ton [konsumsi] batu bara. Jadi, dunia masih membutuhkan batu bara,” ujarnya Tripatra Sustainable Engineering Summit, di Jakarta, Jumat (13/10/2023).
Menurutnya, proyeksi kenaikan konsumsi batu bara menjadi peluang tersendiri bagi pengusaha seiring tertekannya suplai batu bara, sementara permintaan tidak berubah. Alhasil kondisi tersebut akan membuat harga batu bara melonjak.
“Jadi ini peluang bagi kita untuk terus mengembangkan sumber-sumber energi yang diperlukan karena kita ini negara berkembang,” pungkasnya.
Di sisi lain, dia menilai perlu rencana terukur untuk mencapai target nol emisi pada 2060, baik dari sisi teknologi maupun komersial. Jika tidak memiliki gambaran jelas terkait hal tersebut, maka upaya untuk menekan emisi dinilai tak realistis.
Baca Juga
Secara umum, dia menilai target nol emisi pada 2060 terlampau tidak realistis. Berdasarkan catatannya, Indonesia memiliki energi listrik berbasis batu bara sebesar 23 GW, yang kemungkinan besar sulit tergantikan dalam waktu singkat.
“Kita bisa berandai-andai buat rencana, tetapi rencana itu harus jelas. Apakah teknologi feasible, dan layak secara komersial? Kalau semua belum bisa tercapai, ya kita cuma bilang itu mimpi,” ujar Hilmi Panigoro.
Sebagai informasi, Medco melaporkan pendapatan senilai US$1,11 miliar atau setara Rp16,65 triliun (estimasi kurs Rp14.925,37 per dolar AS) pada semester I/2023. Pendapatan ini meningkat 0,68% dari US$1,10 miliar pada semester I/2022.
Pendapatan berasal dari kontrak penjualan minyak dan gas bumi US$941,99 juta, konstruksi US$106,26 juta, kontrak penjualan listrik US$24,22 juta, operasi dan jasa pelayanan US$12,72 juta, penjualan jasa lainnya US$8,91 juta, sewa dan pendapatan bunga U$22,09 juta.
Sementara itu, beban pokok MEDC membengkak menjadi US$646,17 juta per Juni 2023 dari US$488,15 juta per Juni 2022. Laba kotor turun menjadi US$470,03 juta dari US$620,46 juta.
Dengan demikian, Medco membukukan laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$119,46 juta atau setara Rp1,78 triliun pada semester I/2023. Laba tersebut turun 60,58% dari US$303,05 juta pada semester I/2022.
_______
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.