Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat di Wall Street, New York parkir di zona hijau pada perdagangan Selasa (10/10/2023) waktu setempat. Imbal hasil obligasi pemerintah AS turun setelah komentar pejabat Federal Reserve memperkuat spekulasi bahwa bank sentral sedang menuju jeda dalam kenaikan suku bunga.
Berdasarkan data Bloomberg, Rabu (11/10/2023), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 0,40 persen atau 134,65 poin ke 33.739,30, S&P 500 naik 0,52 persen atau 22,58 poin ke 4.358,24, dan Nasdaq menanjak 0,58 persen atau 78,60 poin ke 13.562,84.
S&P 500 menguat untuk hari ketiga berturut-turut, dengan beberapa analis menyatakan pola rebound dari level oversold. Saham Amazon.com Inc. naik di tengah penjualan musim gugur untuk pelanggan Prime. Saham PepsiCo Inc. naik karena perkiraan bullish.
Sementara itu, saham-saham perusahaan China yang terdaftar di AS menguat 3,1 persen setelah Bloomberg melaporkan bahwa negara Tirai Bambu tersebut sedang mempertimbangkan stimulus ekonomi baru. Adapun saham-saham Eropa mengalami reli terbesar sejak November 2022.
Harga obligasi pemerintah AS menguat, menyusul reli obligasi global pada Senin, Imbal hasil tenor sepuluh tahun merosot 15 basis poin menjadi 4,65 persen. Pasar berjangka menunjukkan sekitar 60 persen kemungkinan bahwa Fed akan tetap mempertahankan suku bunganya pada Desember mendatang, dibandingkan dengan 60 persen kemungkinan kenaikan suku bunga lagi pada saat itu, seminggu yang lalu. Indeks dolar AS melemah untuk hari kelima berturut-turut, penurunan terpanjang sejak Juli.
Dalam minggu yang penuh dengan pidato pejabat bank sentral AS, Presiden Fed Bank of Atlanta Raphael Bostic mengatakan kebijakan cukup ketat untuk menurunkan inflasi ke target 2 persen.
Baca Juga
Rekan sejawatnya dari Minneapolis, Neel Kashkari, mengatakan dia belum yakin bahwa lonjakan imbal hasil Treasury jangka panjang akan mengurangi kebutuhan untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut, dan mengatakan bahwa hal tersebut tergantung pada apa yang mendorong kenaikan biaya pinjaman baru-baru ini.
“Para pembuat kebijakan mulai menyadari berkurangnya kebutuhan untuk tindakan kebijakan lebih lanjut mengingat kondisi keuangan telah semakin ketat setelah lonjakan imbal hasil Treasury baru-baru ini,” kata Ben Jeffery dari BMO Capital Markets.
Investor akan mengamati petunjuk apa pun dalam risalah pertemuan Fed bulan September yang akan dirilis pada Rabu. Risalah ini akan menunjukkan bahwa The Fed mungkin tidak menindaklanjuti kenaikan terakhir yang ditunjukkan dalam proyeksi ekonominya, menurut Anna Wong dari Bloomberg Economics.
Dua indikator ekonomi penting AS yang akan datang yaitu indeks harga konsumen pada Kamis (12/10/2023) dan survei sentimen konsumen Universitas Michigan pada Jumat (13/10/2023) mungkin bakal memberikan gambaran yang lebih pasti.
“Risiko terhadap CPI minggu ini mengarah ke atas, mencerminkan dinamika pada masing-masing komponen seperti harga otomotif. Kejutan sisi positif mungkin akan menyebabkan lebih banyak dukungan pasar terhadap sisi negatifnya, karena investor sangat khawatir terhadap kenaikan harga energi,” kata Lauren Goodwin, ekonom dan ahli strategi portofolio di New York Life Investments.
Meskipun Goodwin mengatakan kenaikan suku bunga tambahan masih mungkin terjadi, dia menyebut fakta bahwa kondisi keuangan pasar sedang mengetat, yang mencerminkan risiko lebih tinggi pada perekonomian riil, pendanaan pemerintah, dan perkembangan geopolitik.