Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Keuangan membuka penawaran Obligasi Negara Ritel seri ORI024 mulai hari ini, Senin (9/10/2023). Instrumen investasi dalam negeri yang tidak bergantung terhadap kurs dolar AS ini dapat menjadi pilihan yang tepat di tengah gejolak nilai tukar rupiah.
Seperti diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat ke level Rp15.612 pada perdagangan akhir pekan lalu. Namun mata uang garuda masih belum mampu meninggalkan level psikologis Rp15.600 per dolar AS lantaran banyak ketidakpastian pada ekonomi global.
CEO Pinnacle Persada Investama Guntur Putra menuturkan bahwa jika kondisi ekonomi Indonesia tetap stabil dan tingkat suku bunga global tidak naik signifikan, ORI024 diproyeksikan masih dapat diminati oleh masyarakat seperti SBN ritel lainnya.
“Tentunya prospek ORI024 dapat sangat bergantung pada kondisi perekonomian pada saat ini dan tingkat suku bunga global,” ujarnya saat dihubungi Bisnis pada Minggu (8/10/2023).
Sementara itu, terkait dengan tenor, dia menilai preferensi masyarakat cukup bervariasi. Tenor 3 tahun kemungkinan lebih diminati oleh investor yang mencari keuntungan jangka pendek, sementara tenor 6 tahun bisa menari investor dengan tujuan investasi jangka menengah.
Oleh karena itu, Guntur menyatakan bahwa pilihan tenor akan sangat bergantung pada profil risiko dan tujuan finansial dari masing-masing investor.
Dihubungi terpisah, Senior Economist Mirae Asset Sekuritas Rully Wisnubroto menyampaikan bahwa ORI024 akan selalu menjadi salah satu pilihan investasi yang paling diminati masyarakat, meski saat ini pasar obligasi cenderung tertekan.
Untuk pilihan tenor, dia menilai hal itu akan tergantung pada preferensi investor. Secara pribadi, dia akan memilih tenor lebih pendek karena relatif memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dan dinilai memiliki likuiditas yang lebih baik di pasar.
Baca Juga
Rully sebelumnya juga mengatakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap permintaan Obligasi Negara Ritel adalah fluktuasi nilai tukar, saat ini pun kenaikan yield obligasi RI juga dipicu oleh pelemahan rupiah. Namun demikian, pasar obligasi masih berpotensi untuk memberikan kinerja baik hingga akhir 2023,
Sementara itu, Chief Economist Permata Bank Josua Pardede memperkirakan permintaan ORI024 akan lebih terbatas dibandingkan seri SBN Ritel sebelumnya. Hal ini tak terlepas dari sentimen global, seperti ketidakpastian penurunan suku bunga The Fed.
“Permintaan akan ORI024 juga akan dipengaruhi oleh sentimen global karena sifatnya tradeable, sehingga terdapat eksposur sentimen pasar keuangan domestik. Dari kondisi ini, kami perkirakan permintaan akan cenderung lebih terbatas dibandingkan permintaan pada Juni 2023,” ujarnya.
Sebagai informasi, Kementerian Keuangan menetapkan Obligasi Negara Ritel seri ORI024 akan dibalut dengan kupon sebesar 6,10 persen dan 6,3 persen per tahun, serta terbit dalam tenor tiga dan enam tahun.
Secara rinci, masa penawaran ORI024 akan dimulai pada 9 Oktober–2 November 2023. Adapun tanggal penetapan berlangsung pada 6 November, setelmen pada 8 November, dan pencatatan di bursa dijadwalkan pada 9 November mendatang.
ORI024 akan terbit dalam dua tenor, yakni ORI024T3 atau ORI024 dengan tenor 3 tahun yang memiliki masa jatuh tempo pada 15 Oktober 2026. Sementara itu, ORI024T6 atau ORI024 dengan tenor 6 tahun bakal jatuh tempo pada 15 Oktober 2029.
Obligasi negara tersebut memiliki minimum pembelian sebesar Rp1 juta. Akan tetapi, untuk ORI024 dengan tenor tiga tahun memiliki maksimum pemesanan sebesar Rp5 miliar, sedangkan ORI024 dengan tenor 6 tahun maksimal Rp10 miliar.