Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pekan depan masih dalam fase bearish hingga ke level Rp15.600.
Rupiah ditutup menguat akhir pekan ke level Rp15.612 pada perdagangan hari ini, Jumat, (6/10/2023), jelang rilis data nonfarm payrolls (NFP AS). Sejalan dengan penguatan rupiah, sederet mata uang Asia lainnya juga terpantau menguat terhadap dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg yang dikutip Jumat, (6/10/2023) pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup menguat 0,04 persen atau 5,5 poin ke level Rp15.612 per dolar AS, setelah ditutup naik pada perdagangan kemarin. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau menguat 0,09 persen ke posisi 106,42 pada sore ini.
Sejumlah mata uang Asia yang menguat terhadap dolar AS yaitu dolar Taiwan menguat 0,45 persen, won Korea menguat 0,02 persen, peso Filipina menguat 0,08 persen, rupee India menguat 0,03 persen, yuan China menguat 0,19 persen, dan ringgit Malaysia menguat 0,25 persen
Selanjutnya, sementara itu, mata uang kawasan Asia yang masih lesu terhadap dolar AS yaitu yen Jepang terkoreksi 0,27 persen, baht Thailand turun 0,09 persen, serta dolar Hongkong dan dolar Singapura masing-masing melemah 0,01 persen.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar AS menguat jelang rilis data nonfarm payrolls (NFP) bulanan AS yang dirilis pada Jumat, (6/10/2023) sehingga dapat memengaruhi keputusan Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed) soal suku bunga.
Baca Juga
Dia bilang, laporan ketenagakerjaan September 2023 diperkirakan menunjukkan bahwa 170.000 pekerjaan diciptakan pada bulan tersebut, turun sedikit dibandingkan bulan Agustus 2023.
"Tingkat pengangguran diumumkan pada saat yang sama, dan diperkirakan akan turun menjadi 3,7 persen dari 3,8 persen pada Agustus," ujar Ibrahim dalam riset Jumat, (6/10/2023).
Menurutnya, data AS secara umum cukup tangguh, memperkuat retorika The Fed mengenai suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, sehingga menyebabkan imbal hasil Treasury AS melonjak dan mendukung dolar AS. US Treasury yield tenor 10 tahun naik 0,39 persen ke level 4,73 persen.
Selain itu, kata dia, mata uang tunggal Eropa terbantu oleh berita bahwa pesanan industri Jerman naik lebih dari perkiraan pada Agustus, naik sebesar 3,9 persen. Hal itu merupakan peningkatan yang signifikan dari revisi penurunan pada Juli sebesar 11,3 persen.
Dari sentimen dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada September 2023 mencapai US$134,9 miliar. Posisi cadangan devisa tersebut turun US$2,2 miliar jika dibandingkan dengan posisi pada bulan sebelumnya yang sebesar US$137,1 miliar.
Penurunan posisi cadangan devisa pada September 2023 dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah. Langkah stabilisasi tersebut sebagai langkah untuk mengantisipasi dampak meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.
"Pada perdagangan Senin, [9/10/2023] pekan depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.600-Rp15.670," pungkas Ibrahim.