Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laju Dolar AS Tak Terbendung Berkat Kenaikan Imbal Hasil Obligasi

Dolar AS terus menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya karena imbal hasil obligasi pemerintah AS terus meningkat.
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (23/8/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (23/8/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Dolar AS terus menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya karena imbal hasil obligasi pemerintah AS terus meningkat.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, meningkat 0,41 persen menjadi 106,6639 pada akhir perdagangan.

"Setelah naik selama 10 minggu berturut-turut, indeks dolar berada di jalur untuk menambah satu kenaikan mingguan lagi di minggu ini. Tidak ada berita baru di balik kenaikan terbarunya. Namun juga tidak ada alasan makro untuk mengakhiri reli dolar, terlepas dari kenyataan bahwa prospek jangka pendeknya terlalu berlebihan,” kata Fawad Razaqzada, analis pasar di City Index dan Forex.com.

Presiden Fed Minneapolis Neil Kashkari mencatat pada Rabu (27/9/2023) bahwa dia tidak yakin apakah Federal Reserve cukup restriktif dan menyatakan bahwa diperlukan kenaikan suku bunga lagi.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS sebagian besar naik, dengan imbal hasil obligasi sepuluh tahun yang menjadi acuan naik lima basis poin menjadi 4,607 persen, tingkat tertinggi dalam sepuluh tahun.

Imbal hasil obligasi bertenor dua tahun naik 5,4 basis poin menjadi 5,131 persen, sedangkan obligasi bertenor 30 tahun naik 2,7 basis poin menjadi 4,723 persen.

"Dalam jangka pendek, ada keengganan proaktif untuk membeli (obligasi pemerintah) terutama mengingat cepatnya aksi jual terbaru," kata Ben Jeffrey, ahli strategi suku bunga di BMO Capital di New York.

“Pastinya terdapat cukup banyak risiko dalam hal pertumbuhan pasar tenaga kerja dan perekonomian, serta risiko penutupan pemerintah yang pada akhirnya akan membantu menurunkan permintaan dan mendorong suku bunga lebih rendah,” katanya.

Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,0508 dolar AS dari 1,0566 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,2137 dolar AS dari 1,2157 dolar AS.

Dolar AS dibeli 149,5950 yen Jepang, lebih tinggi dari 149,0710 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,9208 franc Swiss dari 0,9152 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3510 dolar Kanada dari 1,3521 dolar Kanada. Dolar AS menguat menjadi 11,0471 krona Swedia dari 11,0285 krona Swedia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper