Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Ditutup Naik Berkat Sinyal Kuat Hawkish The Fed

S&P 500 menghentikan penurunan empat hari, sedangkan Nasdaq menguat karena saham Amazon.com Inc. naik 1,7 persen.
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat di Wall Street, New York parkir di zona hijau pada perdagangan Senin (25/9/2023) waktu setempat lantaran para investor berspekulasi bahwa Bank Sentral Federal Reserve (The Fed) akan mempertahankan suku bunga tinggi untuk meredam inflasi. Sementara itu, indeks dolar AS mencapai level tertingginya tahun ini.

Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (26/9/2023), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 0,13 persen atau 43,03 poin ke 34.006,88, S&P 500 menguat 0,40 persen atau 17,38 poin ke 4.337,44, dan Nasdaq menanjak 0,45 persen atau 59,51 poin ke 13.271,32.

Saat pasar saham menguat, aksi jual terjadi di pasar obligasi hingga minggu keempat karena imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik 11 basis poin di atas 4,54 persen, tingkat yang terakhir terlihat pada tahun 2007. Indeks Dollar Spot Bloomberg naik untuk hari keempat, mencapai level tertinggi sejak Desember 2022.

S&P 500 menghentikan penurunan empat hari, sedangkan Nasdaq 100 menguat karena saham Amazon.com Inc. naik 1,7 persen. Saham Netflix Inc. memimpin kenaikan pada sektor film dan TV setelah para penulis skenario Hollywood mencapai kesepakatan kerja baru yang tentatif.

Peringatan bahwa penutupan pemerintah AS akan berdampak buruk pada peringkat kredit Amerika dari Moody’s Investors Service tidak banyak mengubah sentimen pasar pada perdagangan Senin. Kekhawatiran terhadap penutupan pemerintahan mungkin akan meningkat akhir pekan ini seiring semakin dekatnya tanggal 1 Oktober 2023.

“Aksi government shutdown dapat memengaruhi rilis data yang diproduksi pemerintah federal, dan pada gilirannya pengambilan keputusan Fed. Gangguan terhadap rilis data yang bertahan hingga keputusan suku bunga tanggal 1 November akan menurunkan kemungkinan kenaikan suku bunga pada pertemuan itu,” kata Michael Hanson, ekonom global senior JPMorgan Chase & Co.

Kendati demikian, setelah serangkaian keputusan bank sentral minggu lalu, para pelaku pasar semakin khawatir bahwa kenaikan harga minyak berisiko meningkatkan inflasi, yang akan menyulitkan pembuat kebijakan untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat.

Adapun para pengelola dana lindung nilai (hedge fund) meningkatkan eksposur terhadap minyak karena adanya spekulasi bahwa pengetatan pasokan akan meningkatkan permintaan. Minyak West Texas Intermediate diperdagangkan di bawah US$90 per barel pada sesi sore waktu setempat.

“Ada beberapa alasan untuk meyakini bahwa dampak penuh dari kebijakan moneter yang lebih ketat masih belum terlihat. Oleh karena itu, perlu waktu beberapa bulan sebelum kita dapat menyatakan semuanya dengan jelas bagi perekonomian, mengingat suku bunga jangka panjang masih mencapai titik tertinggi baru hingga saat ini,” kata Henry Allen, ahli strategi Deutsche Bank.

Kepala Fed Bank of Chicago Austan Goolsbee mengatakan Amerika masih mungkin menghindari resesi.

“Saya telah menyebut ini sebagai jalan emas dan saya pikir itu mungkin terjadi, tetapi ada banyak risiko dan jalannya panjang dan berliku,” katanya dalam wawancara dengan CNBC.

Dua pejabat Fed pekan lalu mengatakan setidaknya satu kali kenaikan suku bunga mungkin terjadi dan biaya pinjaman mungkin perlu tetap lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama agar bank sentral dapat menurunkan inflasi kembali ke target 2 persen.

Meskipun Presiden Fed Boston Susan Collins mengatakan pengetatan lebih lanjut tidak mungkin dilakukan, Gubernur Fed Michelle Bowman memberi isyarat bahwa mungkin diperlukan lebih dari satu kali pengetatan moneter.

“Pasar harus menghadapi realitas perubahan rezim,” menurut Lisa Shalett, kepala investasi di Morgan Stanley Wealth Management.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper