Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Jumat (8/9/2023) setelah data cadangan devisa Agustus 2023 terpantau turun ke kisaran US$137,1 miliar. Rupiah juga ikut terpengaruh ekspektasi pasar terhadap keputusan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) bulan ini.
Mengutip data Bloomberg, rupiah melemah tipis 0,05 persen atau 7 poin menuju level Rp15.334 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS turut melemah sekitar 0,18 persen ke posisi 104,87.
Sementara itu, mata uang lain di kawasan Asia terpantau bergerak fluktuatif pada pembukaan perdagangan hari ini. Yen Jepang misalnya yang terpantau menguat 0,14 persen atau 0,20 poin menuju lebel 147,1.
Kemudian ada won Korea yang juga tercatat menguat 0,14 persen, peso Filipina menguat 0,21 persen, dolar Hongkong yang naik 0,02 persen, dolar Singapura naik 0,08 persen, serta bath Thailand yang menguat 0,22 persen.
Sebaliknya, beberapa mata uang lainnya justru harus bernasib sama dengan rupiah atau di zona merah pada perdagangan pagi ini.
Contohnya adalah ringgit Malaysia yang melemah 0,02 persen, yuan China yang melemah 0,23 persen, rupee India melemah 0,09 persen, serta dolar Taiwan yang tercatat melemah 0,09 persen.
Baca Juga
Adapun, rupiah belum mampu mencatat penguatan melawan dolar AS usai BI mengumumkan posisi cadangan devisa Indonesia pada Agustus 2023 ialah sebesar US$137,1 miliar, atau turun dibandingkan posisi pada bulan sebelumnya sebesar US$137,7 miliar.
Penurunan itu terjadi seiring dilakukannya pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah.
Di sisi lain, Direktur Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi sebelumnya memprediksi mata uang rupiah bergerak fluktuatif namun berpotensi ditutup melemah di rentang Rp15.310 hingga Rp15.380 pada Jumat (8/9/2023).
Ibrahim mengatakan bahwa nilai tukar rupiah akan dipengaruhi oleh data perilisan data perekonomian AS yang menunjukkan aktivitas jasa AS pada Agustus 2023 tumbuh dibandingkan dengan perkiraan.
Data tersebut menjadikan inflasi AS tetap dalam jangka pendek sehingga akan memicu hawkish The Fed.