Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Turun Secara Historis saat September Ceria, Simak Katalisnya

Analis memperkirakan IHSG akan bergerak sideways selama September 2023 dan mendapatkan beberapa katalis dari global dan domestik.
Pegawai memotret layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta pada Rabu (26/7/2023). - JIBI/Bisnis/Himawan L. Nugraha
Pegawai memotret layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta pada Rabu (26/7/2023). - JIBI/Bisnis/Himawan L. Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan bergerak sideways dan mendapatkan pengaruh dari berbagai sentimen selama September 2023. 

Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih mengatakan secara historis dalam 10 tahun terakhir IHSG pada periode September cenderung mengalami koreksi dengan probabilitas 60 persen dan rata-rata return sebesar -1,32 persen. 

Di sisi lain, sejak awal tahun 2023 IHSG mengalami kenaikan 1,85 persen Year to Date (YtD) di level 6.977 pada penutupan 1 September 2023.

"Katalis domestik dan global berpotensi mempengaruhi pergerakan IHSG pada September tahun ini. Secara domestik, sentimen yang dicermati oleh pelaku pasar adalah inflasi tahunan yang tercatat 3,27 persen pada Agustus 2023, lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 3,08 persen," kata Ratih dalam risetnya, Minggu (3/9/2023). 

Dia menjelaskan kenaikan inflasi pada periode tersebut dipengaruhi oleh harga pangan, salah satunya kenaikan harga beras karena musim kemarau yang berkepanjangan atau El Niño. Akibatnya, volume produksi turun di tengah kuatnya konsumsi domestik. 

Selain kenaikan harga beras, harga komoditas energi juga meningkat yang berimbas pada inflasi di sektor transportasi. 

"Sentimen lainya, pelaku pasar berpotensi mengambil langkah profit taking setelah IHSG mengalami penguatan dalam 3 bulan beruntun sejak Juni hingga Agustus 2023," ucapnya. 

Selain itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pekan depan, Senin (4/9/2023) akan memberlakukan kembali Auto Rejection Bawah (ARB) simetris. Dampak negatif dari kebijakan tersebut adalah fluktuasi harga saham yang signifikan, apalagi saham tersebut memiliki pembobotan cukup besar di IHSG. 

Meskipun IHSG diterpa oleh sentimen negatif, lanjut Ratih, pada periode Agustus 2023, Indeks PMI manufaktur nasional versi S&P Global tercatat di level 53,9, lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 53,3. Output produksi terakselerasi sejalan dengan tangguhnya konsumsi domestik.

Secara global, pertumbuhan ekonomi (PBD) Amerika Serikat (AS) pada kuartal II/2023 direvisi sebesar 2,1 persen, masih lebih tinggi dari kuartal sebelumnya sebesar 2 persen. Hal ini memberi katalis positif bagi kenaikan harga komoditas energi, seperti batu bara dan migas. 

Pemulihan ekonomi juga berlangsung di China, tercermin dari PMI Manufaktur versi Caixin periode Agustus 2023 kembali di level ekspansif sebesar 51, lebih tinggi dibanding periode sebelumnya yang tercatat 49,3. Akselerasi tersebut sejalan dengan stimulus pemerintah China untuk meningkatkan daya beli. 

"Pelaku pasar mencermati keputusan suku bunga The Fed pada FOMC 20—21 September mendatang. Suku bunga The Fed diproyeksikan tetap pada level 5,25 persen—5,50 persen," tuturnya. 

Optimisme tersebut sejalan dengan data tenaga kerja yang telah mereda, dengan tingkat pengangguran pada Agustus 2023 telah naik menjadi 3,8 persen dari bulan sebelumnya sebesar 3,5 persen, meskipun non farm payroll tercatat 187.000, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 157.000. 

"Mempertimbangkan rilis diatas, IHSG pada September 2023 berpotensi bergerak sideways cenderung melemah dalam range 6.850—7.050. Namun, jika IHSG mengalami koreksi, momentum tersebut bisa dijadikan peluang untuk akumulasi saham disaat harganya sedang terdiskon," ucapnya. 

Berikut saham dan trading plan yang perlu diperhatikan menggunakan analisis teknikal untuk September 2023:

Buy ASII di area Rp6.550 dengan target harga pada resistance di level Rp6.800 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp6.250.

Lalu Buy BRIS di area Rp1.685 dengan target harga pada resistance di level Rp1.750 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp1.640.

Terakhir adalah Buy MDKA di area Rp3.390 dengan target harga pada resistance di level Rp3.600 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp3.140. 

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper