Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan melanjutkan penguatan pada pekan depan, Senin (4/9/2023), meskipun Bursa Efek Indonesia (BEI) secara resmi memberlakukan kebijakan Auto Rejection Bawah (ARB) dan Auto Rejection Atas (ARA) simetris.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina menilai salah satu penyebab kenaikan IHSG pada perdagangan pekan lalu, Jumat (1/9/2023), dipicu ekspektasi atas dihentikannya kenaikan tingkat suku bunga acuan Amerika Serikat (AS), Fed Rate.
“Hal ini seiring dengan data pekerjaan yang mulai melambat. Selain itu, indikasi penurunan inflasi juga membuat pelaku pasar berspekulasi The Fed akan lebih melonggarkan kebijakan moneternya,” ujar Martha kepada Bisnis, dikutip Minggu (3/9/2023).
Oleh karena itu, dia menilai IHSG akan tetap melanjutkan penguatannya meski Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali menerapkan kebijakan ARB-ARA simetris mulai pekan depan.
“Untuk IHSG pada pekan depan diperkirakan dapat melanjutkan penguatannya. Aturan ARB-ARA simetris diperkirakan tidak akan terlalu mempengaruhi pergerakan IHSG,” ucapnya.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, IHSG ditutup perkasa lewat kenaikan sebesar 0,35 persen atau 24,39 poin ke level 6.977,65 pada akhir perdagangan akhir pekan, Jumat (1/9/2023).
Baca Juga
Perinciannya, sebanyak 251 saham menguat, 275 saham melemah, dan 225 saham bergerak di tempat. Sementara itu, kapitalisasi pasar atau market cap bertengger di level Rp10.313,95 triliun.
Di sisi lain, Martha menilai net sell akan menjadi ancaman. Sebab, sepanjang Agustus 2023, investor asing cenderung melakukan penjualan dengan catatan lebih dari Rp2 triliun. Menurutnya, hal ini tak terlepas dari pernyataan The Fed yang akan menaikkan suku bunga.
“Namun, net sell diperkirakan akan semakin mengecil pada bulan ini karena ditopang oleh ekonomi yang berada di jalur positif,” pungkasnya.
Dihubungi terpisah, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana berpendapat bahwa penguatan IHSG hari ini terjadi di tengah minimnya sentimen positif di global. Pasalnya, para investor masih mencermati ekonomi China dan kebijakan moneter bank sentral AS, The Fed.
“Investor masih mencermati perkembangan ekonomi China yang masih cenderung melambat, ditambah dengan kebijakan moneter The Fed yang pada pertemuan terdekatnya akan menahan suku bunga acuannya,” kata Herditya.
MNC Sekuritas memperkirakan IHSG masih memiliki peluang untuk menguat pada pekan depan dan menguji kembali resistance di level 7.000. Menurutnya, hal tersebut akan berjalan dengan catatan IHSG mampu bertahan di atas 6.924.
Sebagai informasi, Bursa Efek Indonesia (BEI) akan kembali memberlakukan kebijakan Auto Rejection Bawah (ARB) dan Auto Rejection Atas (ARA) simetris pekan depan, tepatnya pada Senin, 4 September 2023. Dengan begitu, batas ARA dan ARB bisa menyentuh hingga 35 persen.
Pjs Sekretaris Perusahaan BEI Kautsar Primadi Nurahmad mengatakan implementasi kebijakan batasan persentase Auto Rejection kembali menjadi simetris dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi dan pasar saat ini telah kembali normal seiring dengan pencabutan status pandemi di Indonesia oleh pemerintah.
Secara detail, saham di harga Rp50-Rp200 berlaku ARA 35 persen dan ARB 35 persen. Kemudian, saham dengan harga Rp200—Rp5.000 akan berlaku ARA 25 persen dan ARB 25 persen, serta saham dengan harga lebih dari Rp5.000 berlaku ARA 20 persen dan ARB 20 persen.
Menilik ke belakang, aturan ARB simetris tersebut sebetulnya sudah diterapkan pada awal 2017 silam, melalui surat keputusan direksi BEI dengan Nomor Kep-00113/BEI/12-2016 perihal peraturan nomor II-A tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas.
Kemudian, ketika Indonesia dihantam pandemi pada Maret 2020, BEI menetapkan kebijakan ARB asimetris dengan membatasi ARB maksimal 7 persen untuk seluruh fraksi harga, sedangkan rentang ARA berada di 20 hingga 35 persen dengan tujuan meredakan kepanikan investor kala IHSG anjlok.
Adapun, BEI menerapkan kebijakan ARB simetris dalam dua tahap. Tahap I telah berlaku sejak 5 Juni 2023 hingga saat ini, dengan batas ARB yang diatur adalah maksimal 15 persen. Penerapan ARB simetris merupakan salah satu mekanisme normalisasi kebijakan relaksasi pandemi dari BEI.
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik menambahkan, langkah kebijakan ARB simetris tersebut selaras dengan upaya seluruh bursa global yang mencabut parameter-parameter yang ditetapkan selama masa pandemi Covid-19.
"Jadi tidak hanya soal ARB simetris, jam perdagangan juga sudah kita sesuaikan sebelumnya, dan juga waktu pelaporan laporan keuangan dan lain-lain. Jadi kita sepakat dengan itu untuk memberikan sinyal kalau Indonesia sudah tidak ada dalam situasi pandemi," ujar Jeffrey dalam diskusi virtual, Kamis, (31/8/2023).
_____
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.