Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Hari Ini Diselimuti Awan Negatif

Nilai tukar rupiah berisiko melemah pada hari ini, Jumat (11/8/2023), akibat tekanan setelah penerbitan data terbaru soal indeks harga konsumen di AS.
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Live Timeline

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah berisiko melemah pada hari ini, Jumat (11/8/2023), akibat tekanan setelah penerbitan data terbaru soal indeks harga konsumen di Amerika Serikat.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan bahwa terdapat kemungkinan rupiah bakal mengalami tekanan sekalipun mampu menguat pada hari sebelumnya. Dia meyakini mata uang rupiah akan fluktuatif di awal perdagangan namun ditutup melemah direntang  Rp15.160- Rp15.240.

Adapun faktor utama dari pelemahan tersebut adalah hasil indeks harga konsumen (IHK) AS terbaru yang diperkirakan akan meningkat sedikit pada Juli menjadi 3,3 persen, sementara tingkat inti, yang tidak termasuk harga makanan dan energi yang bergejolak, diperkirakan akan naik 4,8 persen secara tahunan.

"Pertemuan Federal Reserve berikutnya pada bulan September dan rilis inflasi yang lemah dapat memperkuat ekspektasi bahwa para pembuat kebijakan akan setuju untuk mengakhiri kenaikan suku bunga. The Fed telah mengisyaratkan sejak awal pekan ini, dengan Presiden Fed Philadelphia Patrick Harker menyarankan suku bunga sudah cukup tinggi, menggemakan pandangan Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic," katanya dalam keterangan resmi pada Jumat (11/8/2023).

Dari dalam negeri, perlambatan ekonomi global mulai mengakibatkan sumbangsih ekspor terhadap PDB menurun. Ibrahim menuturkan erdasarkan pengeluaran, sumber pertumbuhan PDB ditopang oleh permintaan domestik, menunjukkan kualitas pertumbuhan yang baik. Konsumsi pemerintah meningkat sebesar 10,62 persen, konsumsi rumah tangga tumbuh 5,23 persen, dan investasi mencapai 4,63 persen.

Dari sisi eksternal, pengeluaran ekspor barang dan jasa terkontraksi sebesar 2,75 persen seiring dengan melemahnya permintaan global dan turunnya harga komoditas ekspor utama seperti batubara dan crude palm oil (CPO). Kontraksi ini mengakibatkan kontribusi ekspor terhadap PDB turun dari 24,6 persen di tahun lalu menjadi 20,3 persen pada kuartal kedua tahun ini.

Akan tetapi, penurunan tersebut mampu ditutupi oleh kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB yang naik dari 17,92 persen pada kuartal dua tahun lalu menjadi 18,25 persen pada kuartal kedua 2023. Kontribusi sektor manufaktur memiliki arti penting dalam peningkatan produktivitas perekonomian domestik.

Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan terjaga dengan baik ke depannya. Hal ini tercermin dari beberapa indikator seperti purchasing manager index (PMI), indeks keyakinan konsumen, dan kredit perbankan yang masih tumbuh positif.

Sementara itu, dalam perdagangan kemarin  mayoritas mata uang di kawasan Asia lain menunjukkan keperkasaannya terhadap greenback, sementara dolar AS melemah.

Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup naik 4,50 poin atau 0,03 persen menuju level Rp15.185 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS melemah 0,32 persen ke 102,16.

Sementara itu, mayoritas mata uang lain di kawasan Asia ditutup menguat. Won Korea, misalnya, ditutup menguat 0,04 persen, diikuti yuan China yang menguat 0,03 persen, ringgit Malaysia terapresiasi 0,05 persen, dan rupee India menguat tipis 0,01 persen.


Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper