Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah ditutup menguat pada hari ini, Kamis (10/8/2023). Pada saat bersamaan mayoritas mata uang di kawasan Asia lain menunjukkan keperkasaannya terhadap greenback, sementara dolar AS melemah.
Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup naik 4,50 poin atau 0,03 persen menuju level Rp15.185 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS melemah 0,32 persen ke 102,16.
Sementara itu, mayoritas mata uang lain di kawasan Asia ditutup menguat. Won Korea, misalnya, ditutup menguat 0,04 persen, diikuti yuan China yang menguat 0,03 persen, ringgit Malaysia terapresiasi 0,05 persen, dan rupee India menguat tipis 0,01 persen.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam risetnya memperkirakan rupiah hari ini dibuka fluktuatif dan ditutup menguat di rentang Rp15.160—Rp15.230 per dolar AS.
Pergerakan rupiah turut dipengaruhi oleh dolar AS yang melemah setelah perilisan data perekonomian terbaru China. Indeks harga konsumen (CPI) China menyusut 0,3 persen pada Juli 2023 dan merupakan kontraksi pertama dalam dua tahun.
Sementara itu, para pejabat China mengatakan penurunan tersebut hanya bersifat sementara dan data tersebut masih mengisyaratkan memburuknya kondisi ekonomi di negara tersebut.
Baca Juga
Adapun inflasi indeks harga konsumen (IHK) tumbuh sedikit di pada Juli dari bulan sebelumnya, sementara inflasi indeks harga produsen juga menyusut dengan laju yang lebih lambat.
Pembacaan tersebut mendorong beberapa optimisme atas kenaikan inflasi China selama beberapa bulan mendatang, terutama karena Beijing meluncurkan lebih banyak langkah stimulus. Sinyal dovish dari The Fed turut menjadi pemicu pelemahan dolar AS. Presiden Fed Philadelphia Patrick Harker mengatakan suku bunga acuan AS sudah cukup tinggi.
Sementara itu, Ketua The Fed Jerome Powell memperjelas bahwa bank sentral sedang mengamati dengan cermat data ekonomi yang akan datang untuk panduan menjelang pertemuan Fed September.
Data inflasi konsumen terbaru yang dirilis pada Kamis (10/8/2023) waktu setempat diharapkan menunjukkan bahwa inflasi AS tumbuh sedikit pada Juli daripada bulan sebelumnya.
Di sisi lain, para trader di pasar masih mengharapkan kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin dalam pertemuan Fed selanjutnya dengan peluang 86,5 persen.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) memperkirakan kinerja penjualan eceran pada Juli 2023 tetap kuat secara tahunan.Hal tersebut tecermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Juli 2023 sebesar 212,7 atau tumbuh positif sebesar 6,3 persen YoY.
Secara bulanan, penjualan eceran menunjukkan perbaikan meski berada pada fase kontraksi sebesar 0,3 persen mtm. Perbaikan tersebut terjadi pada beberapa kelompok, terutama subkelompok sandang, kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
Dari sisi harga, responden memperkirakan tekanan inflasi akan menurun pada September 2023, tetapi berpotensi meningkat pada Desember 2023 sejalan dengan ekspektasi penjualan ke depan.
“Hal ini dikarenakan tantangan di kuartal ketiga dan kuartal keempat 2023 akan jauh lebih berat dikarenakan ekspor yang menurun,” tulis Ibrahim.