Bisnis.com, JAKARTA – Dua calon emiten yang melaksanakan initial public offering (IPO), PT Multi Garam Utama Tbk. (FOLK) dan PT Minahasa Membangun Hebat Tbk. (HBAT), resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (7/8/2023).
Kedua emiten membeberkan rencana kebijakan dividen terkait dengan laba yang dikantongi oleh perusahaan untuk dibagikan kepada pemegang saham, termasuk investor publik.
Mengutip prospektus FOLK, perusahaan terafiliasi pengusaha Bong Chandra tersebut menyebutkan berdasarkan Pasal 71 angka (3) UUPT dan Anggaran Dasar Perseroan, seluruh laba bersih setelah dikurangi penyisihan untuk cadangan wajib dapat dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen, kecuali ditentukan lain dalam RUPS.
"Perseroan hanya dapat membagikan dividen apabila Perseroan mempunyai saldo laba yang positif," tulis manajemen FOLK dalam prospektusnya.
Keputusan mengenai pembagian dividen ditetapkan melalui persetujuan pemegang saham pada RUPS tahunan berdasarkan rekomendasi dari Direksi FOLK. Perseroan dapat membagikan dividen pada tahun dimana FOLK mencatatkan laba bersih.
Dengan memperhatikan keputusan para pemegang saham dalam RUPS, Direksi FOLK berencana untuk membagikan dividen kepada pemegang saham perseroan dengan nilai sebanyak-banyaknya 3 persen dari laba bersih tahun buku berjalan, dimulai dari tahun 2023 berdasarkan laba tahun berjalan tahun buku 2023, setelah IPO.
Baca Juga
Apabila RUPS menyetujui adanya pembagian dividen, maka dividen tersebut akan dibagikan kepada seluruh pemegang saham yang tercatat pada tanggal daftar pemegang saham yang berhak atas dividen.
Direksi dapat mengubah kebijakan dividen sewaktu-waktu sepanjang mendapat persetujuan dari para pemegang saham dalam RUPS
Perseroan bergerak di bidang ekonomi kreatif melalui media, brand, dan intelektual property. Pada laporan keuangan per Desember 2022, FOLK mencatatkan pendapatan sebesar Rp40,2 miliar dan laba bersih Rp5,2 miliar.
Sementara itu, HBAT dalam prospektusnya menuliskan mulai tahun 2025 berdasarkan laba bersih tahun 2024, perseroan berniat untuk melakukan pembayaran dividen kas (Rupiah) sebanyak 20 persen (dua puluh persen) dari laba bersih untuk masa yang akan datang.
Pembagian dividen tersebut harus tunduk dan memenuhi ketentuan dalam pasal 71 ayat (2) dan (3) UUPT yakni Dividen hanya boleh dibagikan apabila Perseroan mempunyai saldo laba yang positif.
"Pembayaran dividen di masa yang akan datang akan bergantung pada berbagai faktor," imbuh manajemen HBAT.
Faktor pertimbangan pembagian dividen ialah, pertama, laba ditahan, kinerja operasional dan keuangan, kondisi keuangan, kondisi likuiditas, prospek bisnis di masa yang akan datang, kebutuhan kas, peluang bisnis. Kedua, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Namun demikian, tidak ada jaminan bahwa HBAT akan mampu membayar dividen atau akan membayar dividen atau keduanya di masa yang akan datang.
Penjualan HBAT per akhir tahun lalu mencapai Rp33,86 miliar atau naik dari Rp22,01 miliar dari tahun 2021. Sementara itu, laba usaha perseroan mencapai Rp14,02 miliar atau mencerminkan kenaikan sebesar 491,27 persen yoy. Laba tahun berjalan mencapai Rp13,90 miliar, naik dari sebelumnya Rp2,33 miliar.
Aksi IPO
HBAT menawarkan 240,74 juta saham atau 23,13 persen dari modal ditempatkan dan disetor. Dalam IPO ini, saham ditawarkan di harga Rp108 sehingga potensi dana yang dihimpun adalah Rp26,00 miliar.
Sebanyak 46 persen dana tersebut akan digunakan untuk pembelian landbank di sejumlah wilayah, seperti di Kabupaten Minahasa hingga Kota Manado.
Kemudian sekitar 45,36 persen akan digunakan untuk biaya pembangunan fasilitas umum serta sarana dan prasarana perumahan seperti kantor marketing, club house, dan kolam renang di Perumahan Sawangan Permai.
Sisanya akan digunakan untuk modal kerja HBAT antara lain untuk pembayaran kepada kontraktor dan pemasok.
Sementara itu, dalam proses IPO, FOLK Group akan melepas 570 juta lembar saham baru, setara dengan 14,44 persen dari modal ditempatkan dan disetor, dengan harga penawaran Rp100 per lembar. Dengan demikian, potensi dana segar yang dihimpun dalam aksi IPO ini mencapai Rp57 miliar.
PT KGI Sekuritas Indonesia dan PT Samuel Sekuritas Indonesia menjadi penjamin pelaksana emisi efek IPO FOLK.
Rencananya, dana hasil penawaran umum sebanyak 22,76 persen akan digunakan untuk penyetoran modal kerja ke PT Finfolk Media Nusantara, 19 persen untuk pembayaran jasa kontraktor, 17,5 persen untuk pembelian saham PT Untung Selalu Sukses (USS), dan 12,38 persen akan dipinjamkan ke PT Drsoap Global Indonesia (DGI).
Kemudian sekitar 11,9 persen akan dipinjamkan ke PT Amazara Indonesia Mudakarya (AIM), 6,54 persen akan dipinjamkan ke PT Syca Kreasi Indonesia (SKI), 5,10 persen untuk pembelian software, dan 4,82 persen untuk modal kerja FOLK.