Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak jatuh sekitar dua persen pada penutupan perdagangan Rabu (2/8/2023), meskipun terjadi penurunan bersejarah dalam stok minyak mentah AS, karena para pedagang mengambil langkah kurang berisiko menyusul penurunan peringkat utang jangka panjang AS oleh lembaga pemeringkat Fitch Rating.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober merosot 1,71 dolar AS atau 2,0 persen, menjadi menetap pada 83,20 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS untuk pengiriman September jatuh 1,88 dolar AS atau 2,3 persen, menjadi ditutup pada 79,49 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Stok minyak mentah AS turun dalam seminggu sebesar 17 juta barel, penurunan terbesar dalam persediaan minyak mentah AS menurut catatan sejak tahun 1982, Badan Informasi Energi mengatakan pada Rabu (2/8/2023). Penarikan ini didorong oleh peningkatan kilang dan ekspor minyak mentah yang kuat.
Terlepas dari rekor penarikan persediaan, harga minyak AS turun di tengah penurunan di pasar keuangan setelah lembaga pemeringkat Fitch menurunkan peringkat kredit tertinggi pemerintah AS.
Kedua kontrak berjangka naik lebih dari satu dolar AS di awal sesi, didukung oleh jatuhnya stok AS dalam data Selasa (1/8/2023) dari American Petroleum Industry (API), yang juga menunjukkan penarikan stok AS yang besar.
Baca Juga
Bahwa pemerintah AS telah menarik tawaran untuk membeli 6 juta barel minyak untuk Cadangan Minyak Strategis juga mendorong harga lebih rendah, kata para pedagang dan analis.
Total produk yang dipasok - proksi untuk permintaan - juga turun 1,3 juta barel dalam sepekan menjadi 20 juta barel per hari, kata EIA.
"Permintaan bensin tampaknya memuncak setelah harga yang lebih tinggi di SPBU," kata Edward Moya, analis pasar senior Amerika di OANDA, dikutip dari Antara.
Persediaan minyak mentah juga mulai turun di wilayah lain karena permintaan melebihi pasokan, yang dibatasi oleh pengurangan produksi yang dalam dari Arab Saudi, kata pemimpin de facto Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Kekhawatiran meningkat bahwa pembelian minyak di China, importir minyak terbesar dunia, mungkin melambat karena kenaikan harga.
Sementara itu, data PMI (indeks manajer pembelian) yang lemah dirilis minggu ini, menunjukkan permintaan bahan bakar mungkin lebih lemah dari yang diperkirakan.
"Pembelian minyak mentah China menjadi lebih oportunistik daripada karena permintaan yang lebih tinggi. (Pasar) terus didorong murni oleh kendala pasokan, yang selalu tunduk pada potensi volatilitas politik," kata Philip Jones-Lux dari Sparta Commodities.
Para analis memperkirakan Arab Saudi akan memperpanjang pengurangan produksi minyak sukarela sebesar 1 juta barel per hari selama satu bulan lagi untuk memasukkan September dalam pertemuan produsen pada Jumat (4/8/2023).
OPEC+, yang mengelompokkan OPEC dan sekutunya dipimpin oleh Rusia, tidak mungkin merevisi kebijakan produksi minyaknya saat ini ketika sebuah panel bertemu pada Jumat (4/8/2023).
Sebelumnya, Fitch Ratings menurunkan peringkat surat utang utang jangka panjang AS dari 'AAA' menjadi 'AA+' pada Selasa (1/8/2023).
Lembaga pemeringkat asal AS tersebut mengungkapkan kemunduran fiskal yang diperkirakan akan terjadi dalam tiga tahun ke depan akibat beban utang yang terus meningkat.
"Penurunan peringkat Amerika Serikat mencerminkan kemerosotan fiskal yang diperkirakan akan terjadi dalam tiga tahun ke depan, beban utang pemerintah yang tinggi dan terus meningkat, dan erosi tata kelola pemerintahan relatif terhadap negara-negara lain yang berperingkat 'AA' dan 'AAA' dalam dua dekade terakhir yang telah tercermin dalam kebuntuan batas utang yang berulang-ulang dan resolusi di saat-saat terakhir," kata Fitch dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, dolar melemah terhadap sebagian besar mata uang utama. Beberapa analis menilai pelemahan ini hanya bersifat sementara.
"Peringkat kredit biasanya bukan merupakan penggerak utama jangka menengah mata uang," ungkap pakar strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia Carol Kong.