Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga minyak Melambung Imbas Pengetatan Pasokan OPEC+ dan Tingginya Permintaan Global

Harga minyak melambung ke level tertinggi tiga bulan pada penutupan perdagangan (31/7/2023) imbas pengetatan pasokan OPEC+ dan meningkatnya permintaan global.
 Anjungan minyak/Bloomberg
Anjungan minyak/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak melambung ke level tertinggi tiga bulan pada penutupan perdagangan Senin (31/7/2023) waktu setempat, dan mencatat kenaikan bulanan tertajam sejak Januari 2022 terimbas pengetatan pasokan OPEC+ dan meningkatnya permintaan global sepanjang sisa tahun ini.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober yang lebih aktif naik1,02 dolar AS atau 1,2 persen, menjadi menetap di 85,43 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Kontrak Brent untuk September, yang berakhir pada penyelesaian Senin (31/7), menguat 0,7 persen menjadi ditutup pada 85,56 dolar AS per barel.

Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September terapresiasi 1,22 dolar AS atau 1,5 persen, menjadi ditutup pada 81,80 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Baik Brent maupun WTI mencapai level tertinggi sejak akhir April untuk sesi ketiga berturut-turut pada Senin (31/7), setelah membukukan kenaikan mingguan kelima berturut-turut pada Jumat (28/7).

Arab Saudi diperkirakan akan memperpanjang pengurangan produksi minyak sukarela sebesar 1 juta barel per hari untuk satu bulan lagi termasuk September. Produksi Saudi turun 860.000 barel per hari pada Juli, sementara total produksi dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak turun 840.000 barel per hari, sebuah survei Reuters menemukan pada Senin (31/7).

"Harga minyak mentah menyelesaikan bulan yang solid dengan catatan tinggi karena prospek permintaan tetap mengesankan dan tidak ada yang meragukan bahwa OPEC+ akan menjaga pasar ini tetap ketat," kata analis OANDA Edward Moya sebagaimana dikutip Antara.

Persediaan minyak juga mulai turun di tempat lain, terutama di AS, di mana pemerintah telah mulai mengisi ulang Cadangan Minyak Strategis (SPR) dari level terendah dalam beberapa dekade. Lima analis yang disurvei oleh Reuters pada Senin (31/7), memperkirakan rata-rata persediaan minyak mentah AS turun sekitar 900.000 barel dalam seminggu hingga 28 Juli.

"Setelah akhir rilis SPR dan kekhawatiran resesi dan pengurasan likuiditas karena kekhawatiran stabilitas bank, yang menyebabkan pasar mengabaikan tekanan pasokan yang membayangi, defisit pasokan yang akan datang menjadi terlalu besar untuk diabaikan," kata analis Price Futures Group, Phil Flynn.

Goldman Sachs memperkirakan bahwa permintaan minyak global naik ke rekor 102,8 juta barel per hari pada Juli dan merevisi permintaan tahun 2023 sekitar 550.000 barel per hari karena perkiraan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat di India dan AS, mengimbangi penurunan konsumsi China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper