Bisnis.com, JAKARTA - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel mencetak laba bersih Rp1,02 triliun pada Semester I/2023 atau naik 14,7 persen yoy dibandingkan dengan posisi tahun sebelumnya sebesar Rp892 miliar.
Direktur Keuangan Mitratel Ian Sigit Kurniawan tengah membidik laba bersih sebesar Rp2 triliun. Adapun sampai dengan semester I/2023, laba anak usaha Telkom itu telah mencapai 57 persen dari target perseroan.
“Kami akan tetap dorong laba bersih mencapai Rp2 triliun akhir tahun ini. Kami mencoba untuk bisa memenuhi konsesus analis,” katanya dalam diskusi terbatas pada Kamis (27/7/2023).
Berdasarkan catatan Bisnis, MTEL membukukan peningkatan pendapatan dan laba bersih sepanjang semester I/2023. Laba bersih MTEL naik menjadi Rp1,02 triliun sepanjang 6 bulan pertama 2023.
Pendapatan anak usaha Telkom ini tercatat meningkat menjadi Rp4,12 triliun di semester I/2023. Pendapatan ini naik 10,82 persen dibandingkan semester I/2022 dari Rp3,72 triliun.
Kinerja pendapatan MTEL ini didorong oleh pendapatan sewa menara sebesar Rp3,82 triliun, pendapatan jasa konstruksi sebesar Rp295,8 miliar, serta pendapatan jasa dan sewa listrik senilai Rp6,2 miliar.
Baca Juga
Analis MNC Sekuritas Andrew Susilo mengatakan ada tiga hal yang membuat laba Mitratel tumbuh pada semester I/2023. Pertama, Mitratel agresif menambah jumlah menara dan serat optik untuk meningkatkan pangsa pasar.
Kedua, MTEL mampu mengetatkan beban efisiensi sehingga kenaikan pendapatan berdampak positif pada laba. Ketiga, perseroan memiliki beban utang yang relatif lebih kecil dan terkelola lebih baik. “Pertumbuhan laba dua digit didukung oleh ekspansi menara yang agresif dan penambahan penyewa serta pendekatan manajemen biaya yang disiplin,” ujar Andrew dalam riset, Senin (31/7/2023)
Andrew mengatakan biaya maintenance tower dari Mitratel yang membaik dapat mendorong peningkatan marjin bisnis ditambah potensi penambahan tenant di luar jawa.
“Selain itu, utang MTEL relatif rendah dibanding kompetitor sehingga memberikan fleksibilitas ekspansi serta menjaga pendapatan serta marjin relatif stabil dibandingkan dengan kompetitor,” ujarnya. Debt to equity ratio (DER) Mitratel berada pada posisi 0,47 kali.
Pada akhir pekan lalu, saham MTEL ditransaksikan pada harga Rp655 yang setara dengan 9,7 kali EV/EBITDA, lebih rendah dari estimasi industri di kisaran 10 kali EV/EBITDA. Hal ini membuat harga saham MTEL menarik karena terdiskon dari peers.
“Peningkatan marjin ditambah struktur neraca yang lebih tangguh bikin MTEL seharusnya jadi top-picks di industri menara. Hanya soal waktu harga saham MTEL akan sejalan dengan fundamentalnya” ujar Andrew.
Sementara itu, Analis BCA Sekuritas Fakhrul Arifin mempertahankan peringkat untuk saham MTEL dengan target price tidak berubah di Rp950 per saham. "Laba dan EBITDA Mitratel sejalan dengan ekspetasi kami dan market," kata ya.
Pada akhir Semester I-2023 Mitratel memiliki 36.719 menara meningkat 27,6 persen dari periode yang sama tahun lalu. Terdapat penambahan menara baru sejumlah 1.301 menara yang mengukuhkan posisinya sebagai perusahaan dengan kepemilikan menara telekomunikasi terbesar.