Bisnis.com, JAKARTA - Saham emiten batu bara PT Golden Eagle Energy Tbk. (SMMT) cenderung melesat sepanjang 2023. Terkini, entitas Grup Rajawali milik konglomerat Peter Sondakh akan melepas mayoritas sahamnya ke Geo Energy Resources Limited.
Pada perdagangan Kamis (27/7/2023) pukul 13.36 WIB, saham SMMT naik 1,36 persen atau 15 poin menjadi Rp1.115 per saham. Kapitalisasi pasarnya Rp3,51 triliun dengan valuasi PER 12,65 kali. Sepanjang 2023, saham SMMT terbang 71,54 persen.
Kendati sudah melonjak tajam, Geo Energy berani melakukan penawaran tender wajib (MTO) dengan harga premium. Harga MTO ditetapkan sebesar Rp1.255 per saham.
Sebelumnya, Grup Rajawaliyang bergerak di bidang perhotelan, media, infrastruktur, pertambangan dan sumber daya alam, menandatangani perjanjian jual beli saham bersyarat (CSPA) dengan Geo Energy.
"Dalam CSPA, Geo Energy akan mengakuisisi 58,65 persen saham SMMT dan 33 persen saham perusahaan terafiliasinya, PT Marga Bara Jaya (MBJ)," seperti dikutip dari keterangan resmi Geo Energy, Rabu (26/7/2023).
Kepemilikan ekuitas Geo Energy di SMMT dapat meningkat menjadi 75 persen apabila Penawaran Tender Wajib (MTO) yang ditawarkan kepada para pemegang saham publik diterima dengan baik.
Baca Juga
Geo Energy juga memiliki opsi untuk membeli tambahan 25,70 persen kepemilikan di MBJ. Total nilai transaksi ini, termasuk MTO diperkirakan sekitar US$200 juta atau Rp3 triliun (estimasi kurs Rp15.000 per dolar AS).
Tercatat di Bursa Efek Indonesia, SMMT telah memproduksi dan memperdagangkan batu bara berkualitas tinggi dengan kandungan sulfur dan abu yang rendah melalui anak perusahaannya, PT Triaryani (TRA).
Cadangan batu bara berkadar sulfur dan abu rendah menarik permintaan yang kuat dari pasar domestik dan internasional, khususnya Asia, dan memiliki harga premium di atas harga pasar.
Sementara itu, MBJ bergerak di bidang pengembangan dan pengoperasian infrastruktur terpadu (jalan angkut dan dermaga) untuk penanganan logistik dan transportasi batu bara ke pasar domestik dan ekspor.
Infrastruktur terpadu yang siap dikembangkan sepanjang 92 km ini menghubungkan lokasi-lokasi logistik utama yang menyediakan akses bagi konsesi tambang TRA dan tambang-tambang batu bara di sekitarnya (Sumatera Selatan) ke pasar internasional.
Jalan angkut dan terminal batubara kelas dunia di Sungai Lalan memiliki kapasitas yang ditargetkan hingga 50 juta ton per tahun, dengan 25 juta ton dicadangkan untuk batu bara TRA per tahun.
Setelah menyelesaikan akuisisi ini, Geo Energy akan melakukan pengajuan, pemberitahuan dan pengisian yang diperlukan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan kemudian meluncurkan MTO atau penawaran tender wajib.
Keseluruhan proses MTO ini diperkirakan akan memakan waktu sekitar 10-12 minggu, tergantung pada persetujuan dari OJK.
Charles Antonny Melati, Executive Chairman & Chief Executive Officer Geo Energy, menyatakan akuisisi besar ini akan mentransformasi Geo Energy menjadi salah satu pemain batu bara terkemuka di Indonesia dengan lebih dari 20 tahun masa tambang cadangan.
"Selain itu, infrastruktur baru ini akan mengintegrasikan produksi batubara secara vertikal dengan kekuatan rantai pasokan dan membuka efisiensi operasional yang lebih tinggi bagi Grup," jelasnya.
Dengan cadangan lebih dari 300 juta ton, Geo Energy bertujuan untuk meningkatkan produksinya guna mendorong pertumbuhan strategis dalam jangka panjang.
Setelah selesainya pembangunan infrastruktur baru, perusahaan akan dapat meningkatkan produksi hingga 25 juta ton per tahun dengan biaya yang lebih rendah dan efisiensi operasional yang lebih besar.