Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Melemah Jelang Keputusan Suku Bunga The Fed

Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada hari ini, Rabu (26/7/2023). Pelemahan ini terjadi jelang keputusan The Fed terkait suku bunga acuan.
Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada hari ini, Rabu (26/7/2023). Pelemahan ini terjadi jelang keputusan The Fed terkait suku bunga acuan. Bisnis/Himawan L Nugraha
Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada hari ini, Rabu (26/7/2023). Pelemahan ini terjadi jelang keputusan The Fed terkait suku bunga acuan. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada hari ini, Rabu (26/7/2023). Pelemahan ini terjadi jelang keputusan The Fed terkait suku bunga acuan, setelah The Federal Open Market Committee (FOMC) pada 25-26 Juli 2023. 

Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 24,5 poin atau 0,16 persen menuju level Rp15.022 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS juga melemah 0,21 persen ke 101,13.

Sementara itu, mata uang lain di kawasan Asia juga ikut melemah, di antaranya yuan China melemah 0,20 persen, peso Filipina turun 0,21 persen, dan rupee India melemah 0,24 persen. 

Di sisi lain, mata uang kawasan asia lainnya, yakni dolar Singapura menguat tipis 0,08 persen, yen Jepang naik 0,40 persen, won Korea menguat 0,07 persen, sementara dolar Taiwan menanjak sebesar 0,35 persen. 

Macro Strategist Samuel Sekuritas Lionel Priyadi dalam risetnya hari ini memperkirakan rupiah bergerak flat di rentang Rp15.000-Rp15.100. 

Dalam risetnya, Lionel menuturkan sentimen global datang dari pelemahan aktivitas manufaktur di AS dan Eropa yang terus berlanjut di tengah resiliensi ekspansi sektor jasa.

Menurutnya, hal ini tercermin dari angka PMI manufaktur dan jasa yang dirilis kemarin malam. PMI manufaktur di zona Euro dan Britania Raya menurun lebih rendah dari konsensus pada bulan Juli menjadi masing-masing 42,7 dan 45.

Sementara itu, PMI manufaktur AS naik menjadi 49, walaupun masih di zona kontraksi. PMI sektor jasa zona Euro, Britania Raya, dan Amerika Serikat melemah lebih rendah dari konsensus menjadi masing-masing 51,1, 51,5, dan 52,4.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menambahkan sentimen juga datang dari Pemerintah China yang memberikan sinyal tentang lebih banyak dukungan kebijakan, 

Akan tetapi, hal tersebut tidak banyak membantu sentimen yang lemah atas ketidakpastian dari rencana The Fed tentang suku bunga. 

Menurutnya, investor menjadi ragu dan enggan berinvestasi pada aset berisiko karena ketidakpastian atas rencana bank sentral AS terkait suku bunga di masa depan.

Pada hari Rabu waktu setempat, lanjutnya, Bank Sentral AS diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis points. Namun, belum jelas apakah hal tersebut menandakan adanya kenaikan suku bunga lebih lanjut tahun ini, karena inflasi di AS masih cenderung lebih tinggi dari target tahunan.

Adapun, Bank Sentral Jepang (BOJ) memberikan sedikit sinyal untuk memperketat kebijakan moneter mereka yang sangat longgar dalam waktu dekat. BOJ diperkirakan akan mempertahankan suku bunga.

Minggu ini, perhatian juga tertuju pada pertemuan Bank Sentral Eropa pada hari Kamis, di mana bank tersebut diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 0,25 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dionisio Damara
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper