Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak global menguat pada akhir perdagangan Selasa (18/7/2023) waktu setempat di tengah sentimen risk-on pada pasar yang lebih luas dan tanda-tanda bahwa Rusia menepati janjinya untuk mengekang pasokan.
Harga minyak berjangka Brent naik US$1,13 atau 1,4 persen, menjadi parkir di US$79,63 per barel pada penutupan perdagangan Selasa, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik US$1,60 atau 2,2 persen, menjadi menetap di US$75,75 per barel.
Mengutip Bloomberg, Rabu (19/7/2023), aliran minyak mentah lintas laut Rusia merosot ke level terendah enam bulan dalam periode empat minggu terakhir. Sementara itu, pasar saham AS naik karena laporan ritel AS yang lebih lemah dari perkiraan memicu spekulasi bahwa Federal Reserve akan memperlambat, atau menghentikan, kenaikan suku bunga di masa depan setelah pertemuan Juli 2023.
Harga WTI menetap di dekat US$76 per barel setelah turun di dua sesi sebelumnya karena kembalinya ladang minyak utama Libya dan kekhawatiran tentang ekonomi China.
Karena minyak Rusia menjadi lebih mahal, pembeli seperti India sekarang mempertimbangkan untuk meningkatkan pembelian dari sumber tradisional di Timur Tengah.
Menambah kekurangan pasokan, Moskow bertujuan untuk mengurangi rencana ekspor minyak mentah kuartal III tahun ini sebesar 2,1 juta ton, sejalan dengan janji yang dinyatakan sebelumnya untuk memotong pengiriman ke luar negeri sebesar 500.000 barel per hari.
Baca Juga
Janji sebelumnya oleh Rusia dan Arab Saudi untuk mengurangi produksi membantu memicu reli minyak mentah yang dimulai pada akhir Juni.
Yang pasti, pasar tetap fokus pada prospek konsumsi, dan harga minyak mentah masih turun untuk tahun ini, sebagian karena keraguan atas pemulihan ekonomi China. Beberapa bank Wall Street telah memangkas perkiraan pertumbuhan China mereka, dan Menteri Keuangan Janet Yellen memperingatkan risiko efek gejolak global.