Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat hari ini, Selasa (18/7/2023) diprediski berfluktuasi namun akan ditutup melemah usai Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$3,45 miliar pada Juni 2023.
Pada perdagangan kemarin, (17/7/2023) rupiah ditutup melemah 0,36 persen atau turun 54 poin sehingga parkir di Rp15.013 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar melemah 0,08 persen atau turun 0,07 poin ke 99,52.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam riset menyebutkan pelemahan indeks dolar terjadi di tengah sentimen pasar yang memperkirakan The Fed akan kembali menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan akhir Juli ini. Namun pasar juga mengantisipasi jeda yang diperpanjang dalam siklus kenaikan suku bunga Fed, mengingat pembacaan inflasi yang lemah dari minggu lalu.
“Dengan inflasi inti AS tetap tinggi, pasar tetap tidak yakin apakah bank sentral akan memberi sinyal jeda. Pejabat Fed juga menawarkan isyarat beragam tentang kenaikan suku bunga di masa depan,” tulis Ibrahim, Dikutip Selasa (18/7/2023).
Di Asia, PDB China tumbuh 6,3 persen pada kuartal kedua secara tahunan. Kenaikan ini didorong oleh basis yang lebih rendah untuk perbandingan dari periode yang terkena dampak Covid-19 tahun lalu. Pertumbuhan ini juga berada di bawah ekspektasi pertumbuhan sebesar 7,3 persen.
Data terkini memperkuat sinyal bahwa China sedang berjuang untuk mempertahankan momentum ekonomi yang kuat yang terlihat pada kuartal pertama. Pemerintah China kemungkinan akan meluncurkan lebih banyak langkah stimulus untuk mendukung pertumbuhan dalam beberapa bulan mendatang.
Baca Juga
Di Eropa, Bank Sentral Eropa secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sekali lagi minggu depan, dengan tingkat inflasi di Jerman, ekonomi terbesar di euro, naik pada Juni menjadi 6,8 persen pada tahun ini.
Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa neraca perdagangan mengalami surplus sebesar US$3,45 miliar pada Juni 2023. Nilai ekspor pada Juni 2023 mencapai US$20,61 miliar atau turun 5,08 persen dibandingkan dengan Mei 2023. Sedangkan nilai impor pada Juni 2023 mencapai US$17,15 miliar atau turun 19,4 persen dibandingkan dengan Mei 2023.
“Neraca perdagangan di Juni 2023 terjadi surplus, sesuai dengan ekspektasi para analis walaupun surplusnya tidak terlalu besar hanya senilai US$1,33 miliar. Surplus ini meningkat dari US$440 juta pada Mei 2023,” tulisnya. miliar pada mei 2023 meskipun tetap dibawah tren dua tahun terakhir.
Penurunan ekspor pada Juni 2023 tidak terlepas dari penurunan harga tahunan batu bara dan minyak kelapa sawit (crude palm oil). Kemudian penurunan aktivitas manufaktur China yang terlihat dari nilai ekspor China dalam dolar AS yang mengalami penurunan signifikan sebesar 12,4 persen secara tahunan dan impor yang menurun 6,8 persen secara tahunan turut berimbas pada kinerja dagang Indonesia.
Dengan melihat sentimen di atas, Ibrahim memperkirakan rupiah akan dibuka fluktuatif pada perdagangan hari ini, tetapi kembali ditutup melemah di rentang Rp14.930—Rp15.070 per dolar AS.
Rupiah menguat 0,13 persen atau 19 poin ke Rp14.994 per dolar AS pukul 12.25 WIB
Adapun indeks dolar AS melemah 0,15 persen atau 0,15 poin ke 99,70.