Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Menguat 3 Hari Beruntun Terimbas Melorotnya Dolar AS

Harga emas menguat pada penutupan perdagangan Kamis (13/7/2023), memperpanjang kenaikan untuk hari ketiga secara beruntun imbas merosotnya dolar AS.
Harga emas menguat pada penutupan perdagangan Kamis (13/7/2023), memperpanjang kenaikan untuk hari ketiga secara beruntun imbas merosotnya dolar AS./Bloomberg
Harga emas menguat pada penutupan perdagangan Kamis (13/7/2023), memperpanjang kenaikan untuk hari ketiga secara beruntun imbas merosotnya dolar AS./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas menguat pada penutupan perdagangan Kamis (13/7/2023), memperpanjang kenaikan untuk sesi ketiga secara beruntun, karena dolar AS merosot ke level terendah sejak April 2022 di tengah pendinginan inflasi AS yang mendorong ekspektasi bahwa Federal Reserve mendekati akhir pengetatan moneternya.

Mengutip Antara, Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange terdongkrak 2,10 dolar AS atau 0,11 persen menjadi ditutup pada 1.963,80 dolar AS per ounce, setelah menyentuh level tertinggi sesi di 1.968,50 dolar AS dan terendah di 1.956,60 dolar AS.

Pada perdagngan sesi sebelumnya, emas berjangka melonjak 24,60 dolar AS atau 1,27 persen menjadi 1.961,70 dolar AS pada Rabu (12/7/2023), setelah menguat 6,10 dolar AS atau 0,32 persen menjadi 1.937,10 dolar AS pada Selasa (11/7/2023), dan tergelincir 1,50 dolar AS atau 0,08 persen menjadi 1.931,00 dolar AS pada Senin (10/7/2023).

Dolar melemah karena pendinginan inflasi AS mendorong ekspektasi bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga sekali lagi tahun ini, mengikis keunggulan imbal hasil greenback atas rekan-rekannya.

Terhadap sekeranjang enam mata uang, indeks dolar turun 0,8 persen menjadi 99,738, setelah turun sebelumnya ke 99,767, palung baru 15 bulan. Indeks dolar menuju penurunan mingguan terbesarnya pada tahun 2023.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Kamis (13/7/2023) bahwa indeks harga produsen (IHP) AS naik tipis 0,1 persen bulan ke bulan pada Juni, di bawah perkiraan pasar untuk kenaikan 0,2 persen. IHP AS, pengukur inflasi utama yang melacak perubahan rata-rata harga yang dibayarkan bisnis kepada pemasok, telah menurun selama 12 bulan berturut-turut.

Perlambatan inflasi grosir AS, bersama dengan penurunan indeks harga konsumen (IHK) yang dilaporkan pada Rabu (12/7/2023), menunjukkan perlambatan inflasi AS, meningkatkan ekspektasi pasar bahwa kenaikan suku bunga Federal Reserve mungkin akan segera berakhir dan menjatuhkan dolar AS.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Kamis (13/7/2023) bahwa permohonan untuk klaim pengangguran turun 12.000 menjadi 237.000 untuk pekan yang berakhir 8 Juli, lebih rendah dari 249.000 pada minggu sebelumnya.

Dalam sebuah wawancara dengan wartawan setempat (13/7/2023), Presiden Federal Reserve San Francisco Mary Daly menegaskan kembali bahwa kenaikan suku bunga akan sangat penting untuk menurunkan inflasi yang tinggi di Amerika Serikat.

Daly ingin mulai menuju suku bunga netral karena Amerika Serikat mendekati sasaran inflasi Fed sebesar 2,0 persen.

Monex Investindo Futures menyebutkan, setelah laporan Consumer Price Index (CPI) bulanan AS kemarin yang dirilis 0.2% di bulan Juni, lebih rendah dari ekspektasi di 0.3%, serta laporan CPI Inti bulanan AS yang dirilis 0.2% di bulan Juni, lebih rendah dari periode Mei di 0.4%, memicu spekulasi The Fed akan segera mengakhiri kebijakan moneter hawkish nya, telah memicu pelemahan dolar AS.

Langkah The Fed untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan secara drastis sejak tahun 2022 lalu, lanjut Monex, telah berhasil menekan tingkat inflasi di AS, mendekati target 2.0%, sehingga memicu sebagian pelaku pasar berasumsi The Fed dapat menghentikan langkah pengetatan moneter lebih cepat dari rencana sebelumnya, untuk menghindari ancaman krisis finansial yang disebabkan tingginya suku bunga pinjaman.

“Spekulasi tersebut telah menyebabkan tertekannya dolar AS bahkan sejak akhir pekan lalu setelah data tenaga kerja AS yang dipandang buruk. Tetapi, pelaku pasar masih menaruh ekspektasi kenaikan suku bunga sebesar 0.25% di bulan Juli dengan peluang sebesar 89%, yang menjaga minat pasar pada dolar AS sementara ini,” papar Monex dalam catatannya.

Untuk perdagangan hari ini (14/7), Monex memproyeksikan harga emas berpeluang naik untuk jangka pendek jika sentimen akan kurang agresifnya The Fed berlanjut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ibad Durrohman
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper