Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Memanas, Dolar AS Jeblok

Harga minyak global melonjak didukung meningkatnya optimisme di pasar di tengah pelemahan dolar AS.
Harga minyak global melonjak didukung meningkatnya optimisme di pasar di tengah pelemahan dolar AS. /Bloomberg
Harga minyak global melonjak didukung meningkatnya optimisme di pasar di tengah pelemahan dolar AS. /Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak global melonjak pada akhir perdagangan Selasa (11/7/2023), didukung meningkatnya optimisme di pasar di tengah pelemahan dolar AS.

Harga minyak terangkat harapan untuk permintaan yang lebih tinggi di negara berkembang dan pemotongan pasokan oleh eksportir minyak terbesar dunia.

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus terangkat US$1,84 atau 2,52 persen menjadi US$74,83 per barel. Harga minyak Brent untuk pengiriman September menguat US$1,71 atau 2,20 persen menjadi US$79,40 per barel.

Penyelesaian Brent adalah yang tertinggi sejak 28 April dan WTI sejak 1 Mei. Brent secara teknis berada di wilayah overbought untuk kedua kalinya dalam tiga hari.

"Penembusan tertinggi baru-baru ini dapat dilihat sebagai langkah bullish yang dapat memberi (Brent) momentum untuk menembus kembali di atas US$80," kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA seperti dikutip Reuters dan Antara.

Dolar AS turun ke level terendah dua bulan terhadap sekeranjang mata uang lainnya sehari setelah beberapa pejabat Federal Reserve mengisyaratkan bank sentral AS mendekati akhir siklus pengetatannya. Dolar yang lebih lemah membuat minyak mentah lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Badan Informasi Energi AS (EIA) memperkirakan pengurangan produksi dan meningkatnya permintaan untuk mengangkat harga minyak mentah Brent naik menjadi US$81 per barel pada akhir tahun ini dan rata-rata US$84per barel tahun depan, menurut laporan bulanan.

Laporan EIA mengasumsikan bahwa ekonomi AS masing-masing akan tumbuh 1,5 persen pada 2023 dan 1,3 persen pada 2024, lebih tinggi dari perkiraan 1,3 persen untuk 2023 dan 1,0 persen untuk 2024 dalam laporan sebelumnya.

Persediaan minyak mentah dan bensin komersial AS masing-masing turun 1 juta barel dan 1,1 juta barel pekan lalu, menurut survei yang dilakukan oleh S&P Global Commodity Insights.

Pasar sedang menunggu data inflasi AS pada Rabu waktu setempat untuk petunjuk prospek suku bunga. Suku bunga yang lebih tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Hafiyyan
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper