Bisnis.com, JAKARTA — Lo Kheng Hong terpantau menjual 4.873.600 saham PT Gajah Tunggal Tbk. (GJTL) pada periode 7 – 10 Juli 2023 dan diperkirakan meraup dana sebesar Rp6,21 miliar dari aksinya tersebut.
Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia, investor kawakan Lo Kheng Hong terpantau menjual saham miliknya di GJTL sebanyak 4.873.600 saham. Alhasil kepemilikannya pada saham GJTL berkurang menjadi 5,03 persen dari sebelumnya sebesar 5,17 persen.
Dengan asumsi harga GJTL pada penutupan perdagangan 7 Juli 2023 yaitu sebesar Rp1.275 per saham maka Lo Kheng Hong berpotensi mendulang cuan sebesar Rp6,21 miliar.
Sebelumnya dalam empat hari berturut-turun, 3 – 6 Juli 2023 saham GJTL melonjak 58,57 persen dari posisi Rp845 ke level 1.340 per saham.
Berdasarkan data RTI Business pada perdagangan hari ini pukul 15.10 WIB, saham GJTL turun 8,20 persen ke posisi Rp1.120 per saham.
Sepanjang perdagangan saham bergerak di rentang Rp1.080 hingga Rp1.235 per saham. Sebanyak 103 juta saham ditransaksikan dengan nilai Rp117,41 miliar dalam 15.865 kali transaksi.
Baca Juga
Senior Investment Information Mirae Asset Nafan Aji Gusta mengatakan kenaikan harga saham ditopang oleh proyeksi kinerja pendapatan maupun laba GJTL di 2023, sehubung dengan adanya potensi peningkatan permintaan ban untuk berbagai jenis kendaraan bermotor.
“Sentimen positif peningkatan mobilitas penduduk, mendorong pertumbuhan ekonomi domestik dan bukan hanya di pulau Jawa tapi pulau lain,” kata Nafan kepada Bisnis beberapa waktu lalu.
Sejalan, Analis Phintraco Sekuritas Rio Febrian menjelaskan prospek emiten ban masih dapat diperhatikan menyusul penurunan inflasi dan suku bunga acuan BI yang dipertahankan.
Kondisi tersebut meningkatkan spending dan minat masyarakat untuk mengambil fasilitas pembiayaan bank untuk kebutuhan pembelian kendaraan bermotor.
“Tren penurunan Inflasi Indonesia yang berada di 3,52 persen yoy pada Juni 2023, dari 4,00 persen yoy pada Mei 2023. Hal ini membangun ekspektasi peningkatan konsumsi seiring keyakinan bahwa suku bunga acuan BI di 5,75 persen merupakan terminal saat ini dan berpotensi untuk pelonggaran kebijakan moneter dari BI ke depannya,” jelasnya.
Selain itu kondisi hari libur panjang, meningkatkan mobilitas dan arus kendaraan. Sehingga, masyarakat yang bepergian menyusul kondisi tersebut, akan cenderung lebih melakukan maintenance terhadap kendaraan pribadi mereka.
“Dengan demikian, emiten ban berpotensi mengalami peningkatan penjualan menjelang kondisi tersebut,” jelasnya.