Bisnis.com, JAKARTA — Rupiah tercatat masih bergerak melemah beberapa waktu ini. Ekonom melihat terdapat beberapa sektor yang diuntungkan dari pelemahan rupiah terhadap dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Lionel Priyadi mengatakan penyebab pelemahan rupiah adalah penyesuaian ekspektasi investor di level global terhadap rencana kenaikan suku bunga The Fed.
Akibat hal ini, banyak investor yang menarik kembali investasi mereka di pasar saham dan obligasi Indonesia untuk dipindahkan ke instrumen global alternatif, terutama komoditas.
"Menurut estimasi kami, nilai investasi portofolio yang ditarik kembali adalah sebesar US$520-an juta," kata Lionel kepada Bisnis, Senin (10/7/2023).
Selain faktor tersebut, lanjut Lionel, ada juga pengaruh dari penarikan dividen investasi asing kembali ke negara asal. Akan tetapi, menurutnya efek ini hanya bersifat sementara dari bulan Mei hingga Juli.
Lionel pun melihat sektor yang terdampak negatif dari pelemahan rupiah ini adalah manufaktur yang banyak menggunakan bahan baku atau komponen impor seperti otomotif, farmasi, tekstil, dan lain-lain.
Baca Juga
"Eksportir, seperti komoditas maupun smelter besi dan baja, akan cenderung lebih diuntungkan," ucapnya.
Adapun Samuel Sekuritas memproyeksikan Rupiah akan beranjak stabil pasca-pengumuman kenaikan suku bunga The Fed pada 26 Juli mendatang. Samuel Sekuritas memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp14.900 per dolar Amerika Serikat.
Pada penutupan perdagangan hari ini, Senin (10/7/2023), Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah ke level Rp15.204. Rupiah melemah bersama mayoritas mata uang Asia lainnya.
Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup melemah 0,41 persen ke Rp15.204 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat 0,11 persen ke 102,38.
Sementara itu, mata uang lain di kawasan Asia ditutup bervariasi. Yen Jepang turun 0,16 persen, dolar Singapura turun 0,11 persen, dolar Taiwan turun 0,21 persen, won Korea Selatan turun 0,09 persen, dan peso Filipina turun 0,14 persen.
Kemudian rupee India naik 0,16 persen, yuan China melemah 0,11 persen, ringgit Malaysia turun 0,04 persen, dan baht Thailand turun 0,07 persen.