Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Loyo Rp15.142 per Dolar AS, Sinyal The Fed Menguat

Rupiah ditutup melemah pada perdagangan akhir pekan seiring dengan menguatnya sinyal kenaikan suku bunga The Fed bulan ini.
Rupiah ditutup melemah pada perdagangan akhir pekan seiring dengan menguatnya sinyal kenaikan suku bunga The Fed bulan ini. Bisnis/Himawan L Nugraha
Rupiah ditutup melemah pada perdagangan akhir pekan seiring dengan menguatnya sinyal kenaikan suku bunga The Fed bulan ini. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah ditutup melemah ke posisi Rp15.142 di hadapan dolar AS pada akhir pekan, Jumat (7/7/2023). Investor menunggu data tenaga kerja yang menjadi salah satu pertimbangan The Fed dalam mengerek suku bunga.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 0,57 persen ke posisi Rp15.142 per dolar AS. Sementara itu indeks dolar terpantau melemah 0,02 persen ke level 102,83. 

Sementara itu mata uang Asia lain bergerak bervariasi pada Jumat sore ini, Yen Jepang menguat 0,65 persen, dolar Singapura menguat 0,10 persen, yuan China menguat 0,07 persen. 

Kemudian mata uang yang melemah bersama rupiah adalah dolar Hong Kong melemah 0,06 persen, dolar Taiwan melemah 0,14 persen, won Korea melemah 0,29 persen, peso Filipina melemah 0,19 persen, rupee India melemah 0,28 persen, ringgit Malaysia melemah 0,10 persen dan bath Thailand melemah 0,13 persen. 

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan laporan nonfarm payrolls yang diawasi ketat akan dirilis pada hari Jumat, di mana ekspektasi ekonomi AS akan menambah 225.000 pekerjaan pada bulan Juni. 

Bank of England akan menaikkan suku bunga menjadi 6,5 persen awal tahun depan, naik dari puncak yang diharapkan sebelumnya sebesar 6,25 persen.

Imbal hasil Treasury dua tahun, yang biasanya mencerminkan ekspektasi suku bunga jangka pendek, naik mendekati 5 persen, setelah melonjak ke level tertinggi 16 tahun di 5,12 persen pada hari Kamis.

Ekonomi global saat ini tengah mengalami masa sulit, bahkan berada pada pijakan yang berbahaya. Hal tersebut bisa terlihat dari pelambatan yang tajam dan tersinkronisasi. Banyak pengamat yang menganggap bahwa perekonomian negara-negara di dunia 70 persen mengalami pertumbuhan yang lebih lemah tahun ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

“Tak hanya itu, penurunan ekonomi yang terjadi sifatnya drastis atau menurun tajam. Dan pertumbuhan global akan menurun dari 3 persen tahun lalu menjadi sekitar 2 persen. Dalam kasus ekonomi maju, mengalami perlambatan bahkan lebih dalam,” katanya. 

Beberapa alasan yang menyebabkan perlambatan ekonomi, salah satunya kebijakan moneter yang ketat yang sudah terjadi selama 18 bulan terakhir.

Selain itu, tantangan perbankan, kondisi kredit yang memburuk, juga perdagangan global yang melambat sangat tajam turut mempengaruhi penurunan ekonomi global.

Sementara itu, pada perdagangan Senin depan, mata uang rupiah kluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.130 - Rp15.210.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper