Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laju IHSG Pekan Ini Diperkirakan Mulus Berkat Data Inflasi yang Membaik

IHSG berpeluang menguat di minggu ini. Hal ini tidak terlepas dari kinerjanya yang baik pada minggu lalu dan data inflasi yang membaik.
Pegawai mengamati layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai mengamati layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - IHSG berpeluang menguat di minggu ini. Hal ini tidak terlepas dari kinerjanya yang baik pada minggu lalu dan data inflasi yang membaik.

Walau pasar hanya beroperasi selama dua hari imbas cuti bersama Hari Raya Iduladha, IHSG tetap terpantau naik 0,3 persen.

Penguatan terbesar ada di sektor keuangan (1,8 persen), lalu disusul oleh infrastruktur (0,3 persen), dan konsumen primer (0,2 persen). Sementara, pelemahan berasal dari sektor energi (-3 persen), teknologi (-0,8 persen), serta transportasi dan logistik (-0.7 persen).

Selain itu, pada Senin (4/7/2023), IHSG juga telah ditutup menguat 34,84 poin atau 0,52 persen ke posisi 6.696,72.

Kendati demikian, Equality Analyst Indo Premier Sekuritas (IPOT) Mino menyatakan investor diminta untuk tetap memperhatikan faktor domestik dan eksternal.

Pasalnya, pada minggu ini, pasar diprediksi akan banyak dipengaruhi oleh data manufaktur, data inflasi, dan data cadangan devisa dari Indonesia. Kemudian, dari segi ekonomi global, adapula pengaruh dari FOMC minutes, non farm payrolls, dan perkembangan harga komoditas.

Sebagai informasi, data manufaktur Juni sudah keluar di level 52,5 yang berarti positif. Dengan demikian, manufaktur Indonesia kembali ekspansif untuk ke-22 kalinya secara berturut-turut.

Selanjutnya, menurut Mino, inflasi pada Juni 2023 diprediksi turun menjadi 3,62 persen dari sebelumnya 4 persen. Selain itu, inflasi inti juga diprediksi akan turun menjadi 2,64 persen dari sebelumnya yang sebesar 2,66 persen.

Kemudian, sentimen dari dalam negeri yang perlu diperhatikan lagi adalah data cadangan devisa, dimana cadangan devisa pada Mei 2023 mengalami penurunan 3,3 persen dari semula US$144,2 miliar menjadi US$139,3 miliar, imbas pembayaran utang pemerintah. Kendati demikian, pemerintah tetap optimis bahwa cadangan devisa ini masih cukup untuk membiayai impor Indonesia.

Perihal kondisi ekonomi global, para pejabat The Fed dalam pertemuan Federal Open Market Committee menyatakan bahwa perjalanan mereka dalam menekan angka inflasi ke kisaran dua persen masih jauh dari selesai. The Fed juga tidak menutup kemungkinan untuk menahan suku bunga, jika angka inflasi lebih baik dari perkiraan.

Selanjutnya, non-farm payrolls Juni diprediksi juga akan bertambah sebanyak 225.000 lebih rendah daripada penambahan bulan sebelumnya, 339.000. Sehingga, pertumbuhan upah per jam diprediksi akan melambat menjadi 4,2 persen secara yoy dari sebelumnya 4,3 persen yoy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper