Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Asing Borong Banyak Saham tapi IHSG Mandek, Cek Penyebabnya

Analis menilai investor asing yang mencatatkan net buy Rp16,5 triliun secara year-to-date, tak lantas membuat IHSG ikut melesat.
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (9/8/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (9/8/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Investor asing mencatatkan aksi beli bersih di pasar saham senilai Rp16,15 triliun sejak awal tahun atau secara year-to-date (YTD). Meski demikian, aksi net buy ini tak berdampak signifikan ke peningkatan IHSG yang jalan di tempat beberapa bulan terakhir. 

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menuturkan meskipun invetsor asing melakukan pembelian bersih, hal ini tidak lantas membuat IHSG langsung mengalami peningkatan. 

"Yang mesti diperhatikan itu adalah satu, berapa banyak asing melakukan pembelian dan kedua, seberapa besar sentimen negatif yang ada di pasar sehingga menyebabkan pelaku pasar dan investor cenderung melakukan aksi jual," kata Nico dihubungi Bisnis, Selasa (27/6/2023). 

Dia melanjutkan hal ini menjadi perhatian karena asing masih memilih masuk ke pasar Indonesia meskipun terjadi tekanan koreksi. Menurutnya, investor asing yang memilih masuk ke pasar Indonesia melihat saham yang mengalami penurunan saat ini dianggap lebih murah. 

Dia menilai saat ini IHSG membutuhkan sentimen yang lebih agar tidak bergerak sideways pada kisaran 6.600-6.700. Meskipun secara fundamental ekonomi baik, menurut Nico hal tersebut tidak cukup untuk mendorong gerak IHSG. 

"Dibutuhkan dorongan yang lebih besar khususnya terkait ekonomi global. Jangan lupa setiap penurunan ekonomi China 1 persen akan memberikan dampak ke ekonomi Indonesia 0,1 persen, berarti perlambatan ekonomi china saat ini suka atau tidak suka memberikan dampak ke ekonomi Indonesia. Sampai saat ini belum ada alasan yang cukup kuat untuk investor masuk ke aset yang berisiko seperti saham salah satunya," tutur dia. 

Akan tetapi, fenomena investor yang berbondong-bondong masuk pada akhir tahun mulai November menurutnya akan tetap terjadi tahun ini. Selain itu, katalis di semester II/2023 menurut Nico akan datang dari bursa calon presiden wan wakil presiden. 

"Kinerja perusahaan tentu jadi pengungkit nomor 1 untuk IHSG, kemudian bursa capres dan cawapres jadi sentimen, ke mana arah pembangunan Indonesia selanjutnya. Kemudian jangan lupa sentimen global turut memberikan sentimen terhadap pergerakan dalam negeri juga," ucapnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper